Perempuan Maroko Berpakaian Tradisional China

×

Perempuan Maroko Berpakaian Tradisional China

Bagikan berita
Nejjaoui perempuan Maroko memakai busana tradisional China (foto xinhua)
Nejjaoui perempuan Maroko memakai busana tradisional China (foto xinhua)

Sepanjang kami di China mulai dari Guangzhou - Hangzho - Yixing - Tianjian dan sekarang di Beijing 25 Agustus sampai 01 September di Hongkong, kami melihat kemajuan luar biasa negeri itu. Kita mungkin menerjemahkan Negara Tirai Bambu sebagai tertutup. Ada benarnya. Istilah yang muncul pada masa Perang Dingin untuk menggambarkan sekat antara wilayah yang berada di bawah kendali rezim komunis China dengan negara-negara non-komunis. Julukan Bambu diambil karena tanaman bambu Tiongkok yang sangat terkenal, yaitu Bambusa Multiplex. Bambusa Multiplex ini sudah lama dikenal dengan kualitasnya yang kuat dan sulit untuk dipatahkan.

Sekarang selain terbuka juga maju, bertolak belakang dengan anggapan saya.

Naik mobil bermesin halus meluncur mulus di jalan bebas hambatan Tianjin ke Beijing sekitar 2 jam saya melihat segala merek mobil Jepang, Eropa dan Amerika. Tak terbilang merek China. Menurut informasi jalan ini dulu berdebu karena lahan sepanjang jalan tandus dan kerontang. Kini, rimbun.

Jalan itu panjangnya 160 km saja. Dan kami pun masuk Beijing, pusat pemerintahan komunis China. Biarlah sebab saya tak melihat perbedaan mencolok komunis dan kehidupan aliran-aliran besar lainnya dalam keseharian. Umat Islam saja punya masjid di sini.

Budaya China yang maju dan film-filmnya yang masif serta buku-buku tentang sejarah China dalam berbagai bahasa yang cukup, telah “menolong” negeri ini, dalam kampanye wisata dan persepsi.

Persepsi Perempuan Maroko

Xinhuanet dalam rubrik China in a Day edisi 31 Agustus 2024 memasang foto El Batoul Nejjaoui yang memakai busana tradisional China. Perempuan terpelajar dan pintar Bahasa Mandarin asal Maroko itu, disebut sangat kepincut dengan budaya Negeri Tirai Bambu tersebut.

Disebutkan, Nejjaoui berpose menikmati gaun yang terbuat dari kertas dalam pameran warisan budaya takbenda. Pameran dilaksanakan di Ningxia Hui, Baratlaut, China, 26 Agustus.

El Batoul Nejjaoui, seorang gadis Maroko, telah berada di Tiongkok selama lebih dari lima tahun. Sekarang ia menjadi ahli di sebuah lembaga komunikasi budaya di Ningxia.

Nejjaoui tulis Xinhua, telah terpesona oleh film, dokumenter, dan budaya tradisional Tiongkok sejak kecil. Baginya, Tiongkok adalah negara yang misterius dan indah. “Dia tertarik dengan bahasa Mandarin yang dia lihat di film.”

Editor : Bambang Sulistyo
Bagikan

Berita Terkait
Terkini