Di Wang Fu Jing ini, jalur pejalanan kaki, selain lebar juga sangat panjang, tak kuasa saya sampai ke ujung. Maka, masuklah saya ke mall. Berbelok-belok, berputar, lelah saya dibuatnya.
Tatkala hendak kembali ke titik kumpul rombongan, saya menyaksikan, di jenjang ekskalator yang sedang bergerak naik, sepasang kekasih berpelukan saling berhadapan dalam jarak yang amat dekat. Eups saya di Beijing, bukan Paris.
Di sini ramai, saya memesan minuman buah dingin di salah satu gerai. Triit, Alipay berbunyi, minunan dikasih, saya duduk di sebuah kursi putih, meja putih di bawah payung putih menikmatinya. Tak ada gerai kopi hangat di sini. Jika pun ada di tempat tertutup. Adanya di wilayah selatan, di kota lain, kedai kopi berderat-deret.Kaki- kaki senja telah turun, sebentar lagi gemerlap kota akan mendominasi. Mesti ke hotel, besok pagi harus pergi. Sekali lagi saya patut- patut Beijing dari bawah payung putih ini. Suhu 30 derajat dan orang kian ramai saja. Kawan-kawan entah kemana, pasti tidak tersesat. Belanja mungkin. Kemana akan saya cari, Beijing ini, orang saja isinya. ***
Editor : Rahmat
