SatuPena Sumbar Sukses Gelar Seminar Internasional Yu Dafu

×

SatuPena Sumbar Sukses Gelar Seminar Internasional Yu Dafu

Bagikan berita
Para pembicara dari Tiongkok pada seminar Yu Dafu
Para pembicara dari Tiongkok pada seminar Yu Dafu

PADANG - Tidak dapat dipungkiri, Yu Dafu telah menjadi bagian dari sejarah kehidupan Tionghoa di Sumatera Barat, terutama di Payakumbuh selama pendudukan militer Jepang.

Keterbatasan sumber dokumen tentang jejak kehidupan Yu Dafu di Sumatera Barat dapat ditelusuri melalui studi sejarah lisan, sebagai upaya mengungkap asumsi yang simpang siur mengenai tokoh ini.

Konstruksi sejarah kehidupan Yu Dafu di Sumatera Barat akan memperkaya historiografi sejarah Tionghoa Indonesia dan berdampak positif terhadap hubungan bilateral Tiongkok dengan Indonesia, khususnya Sumatera Barat.

Demikian diungkapkan Dosen Sejarah Universitas Negeri Padang Dr. Erniwati, S.S., M.Hum pada seminar internasional Menelusuri Jejak Yu Dafu di Sumatera Barat, Senin (2/29) di aula Dinas Kebudayaan Provinsi Sumatera Barat jalan Samudra Padang.

Seminar dibuka Gubernur Sumatera Barat diwakili Kepala Dinas Kebudayaan Provinsi Sumbar Dr. Jefrinal Arifin.

Menurut Erniwati, sejak Mei 1943, Yu Dafu menetap di Payakumbuh dengan nama samaran Zhao Lian. Yu Dafu membuka pabrik penyulingan arak beras Zhao Y pada 1 September 1942 untuk menyamarkan identitasnya.

Dalam waktu singkat bisnis minuman arak dari beras meningkat pesat dengan merek “First Love” dan “Taibai” laku keras. Zhao Lian mulai dicurigai sebagai Yu Dafu sejak tahun 1944 ketika seorang agen Tionghoa di Singapura bernama Hong Genpei ditugaskan di Bukittinggi. Hong Genpei berhasil mengidentifikasi “Zhao Lian” sebagai Yu Dafu dan menuduh Yu Dafu menjadi mata-mata.

"Sejak itu Yu Dafu diawasi secara ketat. Pada malam 29 Agustus 1945, ketika Yu Dafu berdiskusi dengan beberapa pengusaha perkebunan Tionghoa, seorang pemuda yang tidak diketahui identitasnya meminta Yu Dafu pergi bersamanya untuk suatu urusan. Orang mengira ia pergi sebentar, tetapi ternyata itulah kali terakhir mereka melihat Yu Dafu. Asumsi yang berkembang Yu Dafu dibunuh oleh Kempetai (tentara Jepang) karena ia mengetahui banyak informasi sensitif tentang kekejaman militer Jepang. Asumsi lain adalah Yu Dafu dibunuh karena dicurigai sebagai mata-mata Jepang," kata Erniwati lagi.

Guru Besar Sejarah Universitas Andalas Padang Prof. Gusti Asnan menyebutkan, kisah hidup Yu Dafu dan pengalaman orang Tionghoa pada masa Jepang jelas akan menambah informasi bagi sejarah Sumatera Barat khususnya dan Indonesia umumnya. Sudah saatnya dilakukan pengkajian sejarah tentang keberadaan dan peran sejarah orang Tionghoa, yang termasuk ke dalam kelompok ‘orang pinggiran’ dalam sejarah Sumatera Barat ini.

"Ketika Jepang mengetahui identitasnya, Yu Dafu atau Choulion segera dihabisi. Dia dihabisi setelah Jepang kalah. Pengalaman Yu Dafu juga dialami oleh sejumlah orang Tionghoa lainnya di Sumatera Barat. Di beberapa daerah ada penyerangan atau pembunuhan terhadap orang Tionghoa," kata Gusti Asnan.

Editor : Bambang Sulistyo
Bagikan

Berita Terkait
Terkini