Christine Hakim Berbagi Tips Sukses Pada Mahasiswa S2 Ilmu Komunikasi Unand

×

Christine Hakim Berbagi Tips Sukses Pada Mahasiswa S2 Ilmu Komunikasi Unand

Bagikan berita
Christine Hakim menerima kunjungan rombongan mahasiswa pascasarjana Ilmu Komunikasi Universitas Andalas Padang. (ist)
Christine Hakim menerima kunjungan rombongan mahasiswa pascasarjana Ilmu Komunikasi Universitas Andalas Padang. (ist)

Menembus sesuatu yang tidak biasa. Mungkin itu yang dilakukan oleh Christine Hakim, pemilik brand ‘Keripik Balado Christine Hakim’, yang membuatnya bertahan bahkan terus berkembang sampai sekarang. Ia sukses menjadi pengusaha besar tanpa modal ijazah satu pun. Cece Kim, demikian ia biasa dipanggil, memulai usaha dari nol sejak tahun 1990 dan kini usahanya berhasil menjadi salah satu ikon kuliner sekaligus menunjang kepariwisataan Sumatera Barat.

Setelah 34 tahun berkecimpung dalam usaha keripik balado, saat ini usahanya sudah memiliki omzet hingga miliaran rupiah per bulan dengan 150 orang karyawan. Tak hanya Pusat Oleh-oleh, unit usaha Christine Hakim Idea Park (CHIP)yang berdiri di atas lahan seluas 12 ribu meter persegi di Jalan Adinegoro, Padang, terus menambah wahana untuk memuaskan pelanggan. Terbaru, wahana Wondergolf yang memadukan permainan golf untuk anak-anak dengan desain interior layaknya dunia imajinasi.

Sesuatu tidak biasa yang ‘dilabrak’ oleh Christine Hakim adalah pola pikirnya yang visioner untuk seorang yang tidak lama mengenyam bangku sekolah. Baginya, usaha yang dijalani bukan hanya untuk hari ini saja, melainkan berkelanjutan di kemudian hari. Misalnya saja, pola kemitraan yang dilakukannya berbeda dengan pengusaha pada umumnya. Ia berani memberi modal bagi pelaku UMKM (Usaha Mikro, Kecil dan Menengah) yang menjadi mitranya. Ia juga mau memberikan pelatihan bila produk mitra tersebut belum memenuhi standar kualitas yang diiinginkan. Tak hanya itu, Christine Hakim mau memberi uang cash pada pelaku UMKM yang menitipkan produknya. Tak heran bila semakin banyak pengusaha UMKM yang ingin bekerja sama dengannya.

“Jadi, tak ada pelaku UMKM yang harus bolak-balik datang hanya untuk menagih berapa uang hasil barang yang sudah terjual. Tapi, syaratnya ya itu, rasanya harus sesuai dengan standar lidah saya. Buat saya, kalau tidak enak, tidak saya terima. Tak bisa saya terima sembarang. Yang masuk ini sudah unggul semua. Kalau mendekati (rasanya), mau saya ajarkan. Tapi kalau jauh, tak mau saya terima,” katanya bercerita kepada rombongan mahasiswa pascasarjana Ilmu Komunikasi Universitas Andalas didampingi dosen yang datang berkunjung ke CHIP Lubuk Buaya Padang dalam rangka kuliah lapangan Komunikasi Pariwisata, Kamis (5/9).

Pada tahun 2004, Christine Hakim mulai menjual souvenir khas Minang dan berpikir untuk berkiprah lebih luas. Ia menjalin jejaring dan bekerja sama dengan subsektor wisata lainnya, seperti Uda Uni Kota Padang. Ia rajin mensponsori kegiatan Uda Uni dan kegiatan kepemudaan lainnya. Sebagai feedback, mereka akan mempromosikan usahanya. Ia percaya bahwa wisata erat kaitannya dengan toko oleh-oleh. Bila wisatanya maju, tentu toko oleh-oleh juga akan maju.

Selain itu, pada setiap pameran atau eksibisi yang dulu diikuti, tidak seperti orang kebanyakan yang berpikir berapa banyak produk yang harus terjual saat itu saja, Cece Kim berpandangan bahwa momen itu harus dimanfaatkan bagaimana agar terjalin keterikatan antara ia dan pelanggan. Konsep pameran menurutnya adalah untuk mencari buyer.

“Bagaimana setelah pameran, orang akan cari kita lagi. Mereka bisa balik lagi dan balik lagi,” bebernya.

Christine Hakim berbagi kisah perjuangan usaha dan tips suksesnya. (ist)

Christine Hakim berbagi kisah perjuangan usaha dan tips suksesnya. (ist)

Christine Hakim seperti gelas yang terus diisi air. Ide-ide terus mengalir dari imajinasi serta pengalaman-pengalamannya. Hasilnya, ada-ada saja yang dikembangkan untuk usahanya. Seperti berbagai wahana yang kini ada di CHIP, baik Iceland, Bounceland, Sugar Bear dan Wondergolf, sebagian besar merupakan ide-ide kreatifnya ditambah pengalamannya berkunjung ke berbagai negara.

Yang menakjubkan, di usia yang sudah 68 tahun, Cece Kim tak berhenti belajar. Ia mengaku belajar dari siapa saja yang ia temui, termasuk mitra dan karyawan-karyawannya yang pada umumnya berpendidikan. Karena itu, meski telah melewati berbagai zaman, dari semenjak belum ada teknologi hingga kini massifnya penggunaan media sosial, ia bisa beradaptasi dengan segala perubahan. Pada masa media sosial mendominasi saluran informasi saat ini pun, ia ikut di dalamnya. Cece Kim sendiri yang menjadi ‘sutradara’, penulis skenario dan pemain di setiap kontennya alias menjadi content creator. Tatkala rombongan S2 Ilmu Komunikasi Unand datang berkunjung ke CHIP, terlihat ia sendiri yang mengarahkan karyawannya dalam pengambilan gambar serta mengatur posisi maupun cerita kontennya.

Editor : MELDA RIANI
Bagikan

Berita Terkait
Terkini