Beban berat singgulung batu. Itu di rumah. Di tengah masyarakat, ada tawaran-tawaran agar jadi pelobi, jadi cukong, calo dan tukang opok. Ada pasarnya.
Pasar itulah yang terus bekerja. Karena pasar itulah kemudian, politik jadi menggiurkan. Yang masuk dengan etika tinggi, harus berhati-hati. Etika dan adab, akan diukur, “ada aturannya tidak?” Jika tidak, tungkus.
Ketika ada yang sadar dan coba mengingatkan, maka akan terdengar, “keangkuhan spritual, membuatmu yakin bisa hidup tanpa uang. Omong kosong!”
Akhirnya, semua dijual. Yang pertama laku adab. Yang kedua kesetiaan dan seterusnya. Lalu yang tersisa, dengkur dan nama kecil. Selebihnya ludes.Habis sudah. Ilang kabau dek gubalo, anyuik labu dek manyauak.
Tapi: ini hanya gumam saya saja. Bisa jadi tidak seperti tulisan ini. Kita orang baik, beragama dan beradat, ya ndak?!**
Editor : Rahmat