SINGGALANG - Kompetisi logo Minang Saiyo Sydney 2024 dengan tag line new look, new spirit (tampilan baru, semangat baru) yang diluncurkan dua bulan lalu mendapat sambutan hangat.
Sebanyak 54 desain logo baru untuk Minang Saiyo Sydney (MSS) masuk ke meja panitia kompetisi yang berhadiah 750 dollar Australia atau sekitar 8 juta rupiah.
Peserta kompetisi datang dari Sydney (Australia), dan berbagai daerah di Indonesia yang berasal dari 14 propinsi (Aceh, Sumatra Utara, Sumatra Barat, Riau, Kepulauan Riau, Bengkulu, Bangka Belitung, Banten, Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Yogyakarta, Jawa Timur, dan Kalimantan Selatan).
Panitia dibantu oleh Tim Minang Saiyo Sydney telah melakukan seleksi tanggal 12 September 2024 dan menetapkan lima desain logo sebagai finalis. Rilis finalis yang sebelumnya sempat dikeluarkan oleh panitia harus direvisi kembali untuk memastikan bahwa logo yang masuk final sesuai dengan kriteria “new look, new spirit” dan orisinalitas.
Selanjutnya, di babak final pemilihan dilaksanakan di dua domain. Pertama, pemungutan suara (popular vote) di laman instagram “minangsaiyosydney”. Kedua, pemilihan (popular vote) oleh anggota Minang Saiyo Sydney yang membayar iuran tahunan (financial member).
Persentase suara finalis di kedua domain tersebut akan dihitung secara terpisah. Kemudian, panitia akan memberi bobot 40 persen untuk hasil “voting” di Instagram, dan 60 persen untuk hasil “voting” di Financial Member. Dengan metode seperti inilah pemenang kompetisi ditetapkan.Pemenang kompetisi Logo MSS 2024 akan diumumkan pada acara Annual General Meeting (AGM) dan Malam Keakraban Masyarakat Minang Sydney pada hari Sabtu, tanggal 28 September 2024. Acara akan digelar di Earlwood Senior Citizen Centre, Sydney.
Kelima finalis berasal dari Bandung, Bogor, Padang, Malang, dan Banjar Baru. Sebuah distribusi geografis yang sangat menyebar. Disainer logo melengkapi deskripsi logo mereka sebagai berikut;
- Bandung (Jawa Barat): Opera House Sydney adalah simbol Australia yang paling ikonik, yang melambangkan keterbukaan dan appresiasi atas seni dan budaya. Rumah Gadang secara khusus mencirikan identitas ke-Minangkabau-an. Memori kolektif akan kampung halaman di tanah rantau menjadi ikatan solidaritas.
- Bogor (Jawa Barat): Elemen utama disain adalah Rumah Gadang dengan lekuk atap berpola “itiak pulang patang” yang menggambarkan pentingnya kampung halaman sebagai tempat pulang dimanapun mereka merantau. Pola ““itiak pulang patang” juga menyerupai dua tangan yang berdoa. Pilihan warna merah, kuning dan hitam diambil dari warna dasar Minangkabau yang melambangkan kekuatan, keberanian, kesejahteraan, dan ke-elegan-an. Peta Australia bermakna bumi yang dipijak. Logo diharapkan bisa menyatukan perantau Minang lintas generasi.
- Padang (Sumatra Barat): Inspirasi untuk logo ini bersumber dari dua bangunan ikonik: Rumah Gadang dan Opera House Sydney. Pilihan warna kuning, merah dan hitam diambil dari Marawa. Logo sengaja dibuat sederhana tetapi moderen dengan pesan identitas yang tegas.
- Malang (Jawa Timur): Logo adalah kombinasi monogram dari huruf awal M dengan Rumah Gadang, ditambah dengan siluet Opera House Sydney. Ringkasnya, logo menggabungkan Minang dan Sydney.
- Banjar Baru (Kalimantan Selatan): Lingkaran warna MARAWA (hitam, merah, kuning) melambangkan ikatan masyarakat Minang yang kuat. Gambar berjabat tangan kuning dan biru menunjukan masyarakat Minang selalu diterima dimanapun berada. Bulan sabit biru dan bintang merah bermakna ketaatan. Gambar senjata lempar khas Australia (BUMERANG warna kuning) menggambarkan hebatnya orang Minang merantau tetapi tidak lupa dengan kampung halaman. Jam Gadang dengan gambar Al Quran dan bintang merah di atasnya menggambarkan sehebat dan sesukses apapun orang Minang akan selalu berpegang kepada Allah dan kitab sucinya.(*)