Demikianlah Direktur Goudmijn N.V. Sumatra, Mr. J. v. d. Haas, pengusaha emas ini, yang menerima konsesi sejak 1920, baru bisa menambang pada 1931, sebagaimana disebut dalam berita De Indische Courant Surabaya 15-05-1931, menyebut, “N.V. "Boelangsi" didirikan di sini, di mana direktur perusahaan pertambangan N.V. Van der Haas, Tuan J. van der Haas, adalah pendirinya izin pertambangan; modal sebesar f 8.000 yang telah disetor penuh.” Untuk keperluan tambang emas di Alahan Panjang ini, ia membuat satu PT lagi, yaitu Naamloze Vennootschap (NV) Boelangsi.
Sejumlah penulis Belanda menyebut, Boelangsi adalah “emas nan indah” yang kekayaannya sudah digambarkan, semestinya bisa membuat Hindia Belanda yang miskin itu, jadi makmur. Bahkan diyakini lebih hebat dari emas di Dakota Selatan, Amerika.
Tampak-tampaknya, dana yang didapat Van der Hass tidak mencukupi, maka ia bernegosisiasi dengan kelompok pengusaha Jerman yang sudah berada di Batavia. Kabar memang telah tersebar bahwa emas Boelangsi “tidur” nyenyak dalam tanah. Emas itu tebalnya 20 sampai 30 meter bahkan di beberapa tempat lebih tebal. Itu soal tebal, bayangkan luasnya lahan konsensi 858 hektare dan 894 hektare. Sebuah catatan menyebut, emas terbujur sepanjang 2 Km.
“Dari barat laut sampai tenggara potensi emas Boelangsi berpotongan dengan tiga sungai, yaitu Soengai Bergojo, Soengai Pantoean, dan sungai Batang Sapat,” tulis De Indische Courant, edisi 07-02-1931. Membaca ini, Ann hampir-hampir tak percaya, begitu banyaknya deposit emas di Sumatera Barat dulu, tapi sekarang kenapa mengurus izin tambang amat susah dan mahal. Yang muncul tambang liar. Dari dulu rakyat memang tak pernah perlu izin menambang, namun kini perlu benar. Jika ditambang juga, aparat akan bertindak. Ann sampai kesimpulan, tapi dalam hati saja, pemerintah Indonesia,”jahat,” tak mau menolong rakyatnya.
Padahal, deposit emas sangat besar. Dulu, ketika penelitian dilakukan ke Sungai Sapat, ditemukan jurang-jurang yang dalam yang tercipta akibat pencucian emas. “Dan merupakan bukti nyata adanya pencucian emas yang intensif pada tahun-tahun sebelumnya, ratusan ribu meter kubik tanah dipindahkan melalui ‘pembersihan tanah.
Selama periode penelitian yang relatif singkat, perhatian khusus diberikan pada penemuan-penemuan yang dibuat sebelumnya oleh Tuan Van der Haas. Ir. Hettinga Tromp beropini, yang terungkap dalam laporannya yang ditulis olehnya, bahwa karakteristik kawasan bebatuan Boelangsi layak dieksplorasi lebih intensif.Untuk tujuan itu perlu dibuat terowongan di bagian zona bebatuan yang masih belum terjamah, yaitu kawasan yang belum pernah dijelajahi dan digali sebelumnya tempat tersebut. Insinyur Tromp akan tetap berada di konsesi selama eksplorasi lanjutan. Di sana satu grup yang terdiri dari 100 pekerja, yakni kuli tambang, tukang kayu, dll, sudah hadir untuk memulai pekerjaan pertama. (De Sumatra Post edisi 31-12-1930).
Sebelum kondisi semakin riang-gembira dan gila, setelah Tambang Salido ditutup 1928, sebelum lembah-lembah di kawasan Alahan Panjang disentuh bangsa Eropa, muncul berita seperti ini di Soerabaijasch Handelsblad, edisi: 14-06-1932.
Penjualan Konsesi Tambang Emas. Sepuluh Konsesi Seharga ƒ210.A neta melaporkan dari Bandung bahwa menurut “Algemeene Indische Dagblad", dua advokat yang berkedudukan di Padang, De Flines dan Van Meerwijk, telah menjual 5 konsesi tambang di [gouvernement] Sumatera Barat dan 5 lainnya di [residentie] Tapanuli dalam lelang terbuka untuk eksplorasi perak, emas dan berbagai mineral lainnya. Kesepuluh konsesi tersebut dibeli seluruhnya oleh Erdmann en Sielcken seharga 210 gulden.
Erdmann en Sielcken, sebuah perusahaan besar berbisnis aneka rupa, salah satunya, gula dengan gudang yang besar di tepian Kali Mas, Surabaya.
Editor : Rahmat