Wajah Baru Parlemen

×

Wajah Baru Parlemen

Bagikan berita
Wajah Baru Parlemen
Wajah Baru Parlemen

Namun, ini semua bukan hanya soal grasah-grusuhnya kerja DPR yang sering mengikuti keinginan presiden. Ini juga tentang masa depan kita. Dengan koalisi gemuk yang mendukung Prabowo Subianto, kita mungkin perlu siap-siap untuk sebuah babak baru.

Tapi tunggu, Prabowo sudah menegaskan, tak ada partai oposisi. PDI Perjuangan betul masih bertahan di luar kekuasaan. Tapi jangan terlalu lama bergembira. Puan Maharani sudah memberi sinyal bahwa banteng bisa saja merapat ke Prabowo. Mega akan bertemu Prabowo di "tempat yang mengasyikkan". Hmm.

Dan ketika semua partai bersatu dengan penguasa, siapa yang akan mengoreksi pemerintah? Tanpa oposisi yang kuat, demokrasi kita mungkin hanya menjadi sebuah parade. Parlemen, bukannya menjadi tempat debat sengit tentang masa depan bangsa, malah menjadi pematut —mengangguk dengan tenang mengikuti alunan suara penguasa.

Kalau sudah begini, satu-satunya oposisi mungkin datang dari luar parlemen. Dari mana? Dari rakyat yang turun ke jalan, dari kelompok-kelompok masyarakat sipil, atau dari ruang-ruang diskusi di media sosial. Tapi, apakah itu sehat? Apakah demokrasi kita akan tetap hidup kalau semua kekuatan politik berada di satu kubu?

Mari kita refleksikan sebentar. Setiap lima tahun, kita berharap wakil rakyat yang lebih baik, lebih kompeten, dan lebih berpihak pada rakyat. Tapi harapan itu sering kali berakhir pada kekecewaan. Seperti menunggu musim panen yang subur, tapi ternyata hasilnya hanya tanaman layu.

Begitu pula dengan wajah baru DPR kita nanti. Mungkin terlihat segar dari jauh, tapi ketika dilihat lebih dekat, apakah ada perubahan nyata? Atau hanya sekadar ganti kulit tanpa substansi?

Ah, harapan memang selalu mewah, apalagi di negeri di mana wakil rakyat suka memberi penghargaan pada diri sendiri. _Self rewarding.

Setidaknya, kita masih bisa tertawa di tengah drama politik yang kian absurd. Karena kalau kita tidak bisa tertawa, kita hanya bisa menangis melihat wajah DPR yang mungkin baru, tapi rasanya seperti menonton episode lama dari sinetron yang sudah kita hafal alur ceritanya.(*)

Editor : Rahmat
Bagikan

Berita Terkait
Terkini