Mengenang Marissa Haque yang Pergi Mendadak

×

Mengenang Marissa Haque yang Pergi Mendadak

Bagikan berita
Marissa Haque
Marissa Haque

Catatan Ilham Bintang

Artis Marissa Haque telah tiada. Ia meninggal dunia, seperti pergi mendadak, di RS Premier, Bintaro, Rabu (2/10) dinihari dalam usia 61 tahun, 13 hari menjelang menginjak usia 62 tahun. Ia lahir di Balikpapan, 15 Oktober 1962 dari pasangan Allen Haque -Mieke Haque.

Icha, begitu panggilan akrabnya, meninggalkan suami, musisi dan pengusaha Ikang Fawzi, serta dua anak : Isabella Fawzi dan Chiki Fawzi. Saya mengenal Icha lebih 40 tahun, masih saat mengawali debutnya sebagai bintang film lewat film pertamanya " Kembang Semusim". Film itu disutradarai MT Risjaf dan diproduksi tahun 1980. Icha berusia 18 tahun ketika bermain film itu.

Icha satu di antara sedikit artis Indonesia yang menorehkan catatan gemilang di berbagai bidang pengabdian. Ia mencapai jenjang pendidikan tinggi, hingga bergelar Professor, Guru Besar.

Selasa (1/10), kurang duapuluh empat jam sebelum wafat, ia masih mengajar di kampus. "Kami mengajar di kampus yang sama, STIE IBS Kemang, Jaksel, Selasa kemarin masih mengajar dan nampak bugar. " Ini saya kutip dari pernyataan sesama dosen yang beredar di beberapa WAG tadi pagi. Serasa tak percaya tapi nyata. Tapi, begitulah takdir Ilahi bekerja.

Cawagub Banten

Icha tidak hanya menggeluti dunia film dan pendidikan, tetapi juga dunia politik. Istri rocker Ikang Fawzi ini pernah menjadi Anggota DPR-RI dari Fraksi PDI Perjuangan. Pernah juga diusung maju menjadi Cawagub Banten berpasangan dengan Zulkieflimansyah sebagai Cagub. Namun, jelang penetapan KPU, PDIP yang mengusungnya mendadak mencabut dukungan untuk Icha dan mengalihkan sokongannya, justru kepada pesaingnya, yaitu Ratu Atut Chosiyah yang diusung Golkar.

Icha kecewa dan wajar jika murka. Tampaknya, itu pelajaran berharga pertama Icha di dalam dunia politik. "Tiada lawan dan kawan abadi. Yang abadi adalah kepentingan," kata ungkapan klasik dalam politik. Saya menulis ulasan waktu itu, di tahun 2006, merespons peristiwa politik yang dialami Icha.

Sebagai akademisi (waktu itu kandidat Doktor di IPB, Institut Pertanian Bogor), pasti sulit baginya yang biasa berpikir runut, sistematis, terukur, menerima sisi "gelap" dinamika politik yang mudah berubah. Hal sama pernah dialami aktor kawakan Sophan Sophiaan yang akhirnya memilih mundur sebagai anggota DPR RI. Ada kesamaan Sophan dan Icha. Sama -sama lurus dan ekstrovert. Bersikap tegas dan berbicara terbuka. Sehingga, pengalaman pahit politik mereka menjadi konsumsi publik.

Tentu, termasuk sikap pragmatis partai yang mengutamakan kekuasaan. Dalam tulisan itu, saya menilai Icha belum "matang" berpolitik. Lupa, DNA parpol harus "berhitung siapa mendapat apa". Kalkulasi parpol pengusungnya, secara elektoral Ratu Atut tidak bisa dikalahkan. Berbagai survey menyajikan data -data kedigdayaannya. Maka, parpol pengusung Icha pun memilih balik kanan mendukung lawan.

Editor : MELDA RIANI
Bagikan

Berita Terkait
Terkini