Kesaktian Komeng!

×

Kesaktian Komeng!

Bagikan berita
Kesaktian Komeng!
Kesaktian Komeng!

Catatan Cak AT

Kita sepertinya sedang menyaksikan sebuah eksperimen sosial, di mana pemerintah secara perlahan berusaha menghapus memori kolektif bangsa tentang tragedi G30S/PKI. Setiap tahun, peringatan Hari Kesaktian Pancasila 1 Oktober biasanya selalu digelar dengan suasana khidmat dan penuh renungan. Tapi, ah, siapa sangka tahun ini berubah drastis 180 derajat?

Alih-alih diwarnai air mata haru dan doa tabur bunga, gedung parlemen Senayan pada 1 Oktober justru dipenuhi oleh tawa, canda, dan, yang paling nyaring, teriakan “Uhuyy” ala Komeng! Tiada sudut tanpa wajah ceria.

Betul, Hari Kesaktian Pancasila kali ini berbenturan (atau sengaja dibenturkan) dengan pelantikan anggota MPR periode 2024-2029, terdiri dari 575 anggota DPR dan 136 anggota DPD. Jadi, harap maklum kalau suasananya lebih mirip acara _variety show_ ketimbang upacara sakral.

Apakah ini kebetulan? Tentu tidak. Jadwal agenda nasional sudah pasti dibuat penuh kalkulasi. Dugaan publik bahwa pemerintah terus berusaha menyamarkan bahaya laten komunisme mendapatkan validasi sempurna kali ini.

Peringatan Hari Kesaktian Pancasila kali ini terseret di bawah sorotan kamera, tertutupi oleh senyum cerah dan riuhnya pesta demokrasi —atau lebih tepatnya, pesta selebriti. Lubang Buaya andai manusia mungkin diajak pula ikut berpesta.

Pertanyaannya, apakah Pancasila sudah tidak sakti lagi? Apakah sekarang kita harus merayakan kesaktian wakil-wakil rakyat yang berhasil menduduki kursi Senayan dengan kemenangan mutlak?

Mungkin, buat sebagian besar, kehebatan seorang Komeng, yang memperoleh 5.399.699 suara DPD dari seantero Jawa Barat, lebih layak dirayakan dibanding meratapi kebiadaban PKI. Jangan-jangan Komeng mereka anggap sakti.

Komeng, sang juara suara terbanyak, menjadi ikon baru “era politisi selebriti” yang serba heboh dan...uhuyy. Bayangkan, teriakan “Uhuyy” menggema di ruang paripurna MPR.

Gedung yang biasanya penuh dengan pidato panjang dan rumit itu kini berubah jadi panggung komedi live, di mana anggota dewan mengeluarkan _punchline_ lebih cepat dari kebijakan.

Editor : Rahmat
Bagikan

Berita Terkait
Terkini