Rumah Makan Padang Milik Anak Bangsa

×

Rumah Makan Padang Milik Anak Bangsa

Bagikan berita
Rumah Makan Padang Milik Anak Bangsa
Rumah Makan Padang Milik Anak Bangsa

Rumah makan padang sebagaimana ditulis DR Suryadi, mungkin pertama di Jakarta. Dan kita tahu, ke kota manapun pergi, bertemu di sana RM Padang. Tak hendak makan perai, tapi ada rasa bangga.

Dan satu catatan lagi: Tidak ada yang otentik di Indonesia, satu sama lain, suku bangsa saling menyumbang. Bangsa ini dibangun bersama-sama. Juga tradisi ngopinya dan makan dan bergaul. Masakan padang tidak bisa dipatenkan, karena kehadirannya telah mendahului zaman dan tersebar luas.

Takkan bisa terpenuhi kebutuhan Indonesia oleh rumah makan padang, punya orang Padang saja. Jika satu suku bangsa menepuk dada, suku bangsa lain, akan melakukannya pula. Jika itu terjadi, Indonesia akan nengkhianati pejuang-pejuangnya.

Tidak ada dalam tradisi perantau Minang, memproteksi RM padang dan orang lain tidak boleh. Sama dengan orang Minang buka pecel lele dimanapun. Boleh. Atau orang suku lain.

Rumah Makan Pagi Sore, dimulai dari Palembang, tidak dari Padang. Rumah Makan Pak Datuak dimulai dari Dumai. Sederhana dimulai bukan dari Sumbar. Rumah bagi rumah makan padang adalah Indonesia. Indonesia dijalin kuat oleh ngopi, saling lambau satu sama lain dan tentu saja RM padang hehe.

Kami di Padang baik-baik saja dengan nasi ampera harga 10 ribu. Banyak. Tak ada yang rugi. Kami di Ranah Minang, terus-menerus membanggakan para perantau. Tapi, tidak jika bacakak.

Tidak ada sengketa intelektual selama ini, tiba-tiba sekarang muncul. Bagi saya ini mengejutkan. Memilukan sekaligus kerdil. Jauh sebelum ini, berpuluh-puluh tahun lamanya di kota besar, kota kecil orang Minang membuka rumah makan tak pernah heboh. Mereka datang dari kampungnya, selalu membawa pesam mandeh. “Elok-elok di rantau urang yo Nak.”

Ke depan, negeri kian bertaut. Untuk meng hadapi masa depan, kau harus hadapi dulu masa lalu. Negeri orang di masa lalu menerima semua perantau Minangkabau dengan tangan terbuka. Dan yang paling masif seusai PRRI.

Di negeri orang, rezeki dicari, antara lain, dengan membuka rumah makan, yang racikannya warisan dari mandeh masing-masing. Rezeki adalah sesuatu yang sudah dinikmati dan dimanfaatkan, bukan yang belum.

Soal rezeki, memang Allah yang mengatur. Orang kampung saya pernah buka rumah makan di rantau. Tutup. Ini, bukan karena harga tapi tak ada yang datang. Kasus semacam ini, amat banyak. Sebanyak tutup, sebanyak yang buka. Hampir setua negeri ini, atau malah lebih, semua berjalan alami.

Editor : Rahmat
Bagikan

Berita Terkait
Terkini