Payakumbuh 106 Km, Jalan Lumpuh Total

×

Payakumbuh 106 Km, Jalan Lumpuh Total

Bagikan berita
Payakumbuh 106 Km, Jalan Lumpuh Total
Payakumbuh 106 Km, Jalan Lumpuh Total

PAYAKUMBUH - Mobil yang saya tumpangi melaju 120 km/jam di tol Bangkinang. Dan di salah satu plang petunjuknya:Payakumbuh 106 km. Tapi, tidak sebab kami harus keluar tol. Masuk jalan biasa. Tak lama kemudian disergap antrean mobil. Jalan lumpuh total.

Berhenti. Panjang. Ada jembatan rusak dihantam tronton. Mobil-mobil kota terjebak. Ada yang masuk jalur kanan, untung cepat sadar dan menepi.

Jam 3 petang, Jumat (8/12/2024), jika tol sudah tembus ke Payakumbuh, saya takkan tersampang di jalan rusak ini. Logistik akan lancar, indeks biaya akan turun. Tapi, di tol tadi, mobil hanya sedikit, di sini tiba-tiba banyak. Tak tahu saya apa sebabnya.

Tol di wilayah Sumbar ternyata rumit. Ini, mungkin, "tanah harta pusaka tinggi dan ulayat" nagari saja selama ini, jadi pangkal masalah saja. Di tiap rumah gadang malah. Ulayat dibiarkan merimba, karena banyak nan cadiak akhirnya habis waktu berdebat. Harta-harta itu tidak produktif. Karena terlalu lama seperti itu, ketika diperlukan malah jadi masalah.

Tapi, tunggu dulu, tak semua orang sesuai dengan apa yang saya tulis ini. Dangkal. Seenak perut saja menulis. Apa tahu Anda apa itu fungsi pusaka tinggi dan ulayat. Nah, berani saya, memburansang orang nanti.

Lalu: tol memang perlu agar komoditi pertanian kita bisa lekas sampai di Riau. Ongkos akan lebih murah. Agar kita cepat sampai, tak lama di perjalanan.

Tunggu dulu: tol membunuh warung dan rumah makan pinggir jalan. Begitukan? Ada duo hal. Pertama jalan kedua UMKM. Keduanya berbeda tulang lurusnya. Ada kasus dulu, Stasiun Kereta Api Depok, dipermak oleh Jonan. Ngamuk orang, tak menenggang nasib PKL.

"PKL tanggungjawab pemerintah daerah, stasiun tanggungjawab saya. Jadi walikota Depok yang mesti memikirkan dan saya urus penumpang kereta," kata Jonan. Selesai masalah.

Jadi urusan UMKM dan PKL, maka jangan urusan tol yang dihalangi. Urus oleh pemkab/ko. Memang itulah kewajibannya, bukan tidak setuju tol. Suai atau tidak? Terserahlah. Di medsos ada memberi komentar atas tulisan saya. Katanya, coba lah kalau iya, tol itu lewat di tanahmu. Mangecek saja. Waktu itu saya mengeritik gubernur. Saya SDM rendah, yang menulis di medsos SMD tinggi, jadi saya biarkan.

Dan saya terjebak bersama ribuan orang di dekat tol ini. Entah kapan akan bisa lewat. Alat berat yang diperlukan belum datang.

Editor : Bambang Sulistyo
Bagikan

Berita Terkait
Terkini