Di bagian aman, di puncaknya, di sanalah panorama nan ramai itu. Ada jalan beton melingkar. Ada balai-balai tempat emak-emak makan bersama. Yang menggoda “kapal” itu. Naiklah dan berfoto di sana. Kapal ini aman karena dipakukan dengan tiang besi, asal tidak bertengkar saja di atasnya. Selain kapal ada spot-spot menarik lainnya untuk berfoto.
Tubir Ngarai Sianok masih agak jauh. Batasnya ada pagar. Sayang masih dari kayu, mestinya dari besi. Tapi, sepertinya akan dibangun dari besi sebab sudah dimulai 10 kolom di dekat kios baru masuk.
Di panorama Anda dimanjakan dengan tempat duduk yang banyak. Juga kios dan lapak.
“Sapuluah ribu sasikek,” kata seorang ibu penjual pisang manih Sabtu (9/11/2024).
Ada sekitar 50 kios dan 6 lapak penjual pisang di dalam. Di luar empat kedai dan beberapa lapak pisang yang baru dipetik di kebun sendiri.
Panorama Baru ini, memang sedang viral. Sabtu Minggu ramai. Kebiasaan, lambat laut akan sepi, kecuali: suasananya nyaman seperti sekarang terus dijaga. Tampaknya pemuda menyadari hal itu, saya melihat beberapa pemuda berkeliling memantau. Mana tahu ada wisatawan yang sedang bermasalah atau buat masalah. Sejauh itu, tidak ada. Yang ada, says cemas-cemas tanggung, kalau ada wisatawan bandel main-main mendekati tubir ngarai. Semoga tidak.“Dikelola pemuda Pak, ndak pemerintah doh,” kata seorang pemilik kios. Saya tahu maksudnya, pemerintah selalu ada target PAD. Ini tidak, hanya semata untuk pengunjung yang ingin melihat lebih luas Ngarai Sianok. Berbelanja, atau tidak terserah. Saya kira jumlah kios dan lapak di panorama ini, sudah lebih dari cukup. Jika ditambah juga, sumpek, berubah jadi pasar.
Bukittinggi memang tidak kehilangan akal untuk destinasi, meski wilayah kosong di seputaran Jam Gadang sudah terasa sempit. **
Editor : Bambang Sulistyo