“Sebab selama ini, itu yang sering terjadi. Misalnya, persoalan rumah akibat gempa di Pasaman dan Pasaman Barat hingga saat ini belum beres, akibat data yang selalu berubah-ubah. Dengan adanya data digital, semua rumah bisa ketahui, dan data tidak bisa dipalsukan,” terangnya.
Hadirnya data digital rumah rawan bencana ini sangat diapresiasi pihak BPBD Sumbar, terlebih lagi berbasis nagari. Pasalnya, keterlambatan untuk bantuan rumah yang terdampak bencana selama ini kebanyakan karena terkendala data yang tidak valid dan cenderung berubah.
Dengan adanya data sektor perumahan secara digital, jumlah rumah rusak berat, sedang, dan ringan akibat terjadinya bencana bakal mudah diketahui tanpa adanya manipulasi data. Menurutnya, kejelasan data ini juga bakal mempercepat proses bantuan yang akan diberikan.
“Pernah data rumah rusak yang diajukan sampai sepuluh ribu lebih, tapi setelah divalidasi hanya seribu rumah. Betapa jauhnya selisih data tersebut, tapi kalau sudah digital jumlahnya tidak bisa diubah, dan proses untuk mengajukan ke BNPB bisa cepat,” ujar Kabid Rehabilitasi dan Rekonstruksi BPBD Sumbar, Ilham Wahab yang turut hadir.
Pernyataan serupa juga disampaikan pemateri Pengkajian Kebutuhan Pascabencana (Jitu Pasna), Muliarson, bahwa data rumah sangat penting untuk mengetahui jumlah kerusakan dan kerugian akibat bencana. Apalagi dalam menyiapkan Rencana Rehabilitasi dan Rekonstruksi Pascabencana (R3P).“Dokumen yang berbentuk data sangat penting dalam membentuk R3P. Jika data sudah digital sangat bagus, setidaknya sudah bisa dipakai sebagai data awal untuk menghitung kerusakan dan kerugian,” ucapnya.
Seminar dan Simulasi TTX ini terselenggara atas kolaborasi dengan BPBD Provinsi Sumbar, Forum FPRB, BMKG, Disperkim Bukittinggi, Dinas PUPR, Dinas Kesehatan, lurah selingkaran Ngarai Sianok, serta stake holder lainnya. Dengan harapan bisa memperkuat mitigasi, dan semua sektor tak lagi gagap jika bencana gempa bumi dan longsor terjadi nantinya.(yose)
Editor : yoserizal