100 Tahun Kelahiran AA Navis; Papi Itu Pembaca dan Pengamat

×

100 Tahun Kelahiran AA Navis; Papi Itu Pembaca dan Pengamat

Bagikan berita
Anak perempuan AA Navis Gemala Ranti
Anak perempuan AA Navis Gemala Ranti

Dengan itu, Gemala berharap AA Navis bisa menjadi contoh bagaimana anak-anak muda sekarang bisa mengekspresikan dirinya dengan menulis.

"Sebagaimana harapan papi dulu, semakin banyak hendaknya penulis-penulis ke depan. Semakin bermanfaat bagi orang banyak, mudahan jadi amal jariyah bagi beliau,"harapnya.

Pemprov Sumbar melalui Dinas Kebudayaan Sumbar memperingati hari lahir AA Navis 17 November yang ke-100 tahun. Semua kegiatannya berlangsung di Taman Budaya Sumbar, Jl Samudera Kota Padang hingga 30 November 2024.

Kegiatan tersebut bertemakan Temu Sastra 100 Tahun ÀA Navis itu diisi diskusi sastra karya AA Navis, Pameran senirupa, dan arsip AA Navis, Penampilan seni, musikalisasi puisi, deklamasi puisi, peluncuran antologi cerpen "Tentang Harimau Suamiku". Antologi ini merupakan hasil lomba cerpen yang dipilih oleh dewan juri; Ivan Adilla, Raudal Tanjung Banua dan Yetty AKA, dari 173 cerpen yang diterima panitia.

Ali Akbar Navis (17 November 1924 – 22 Maret 2003; dikenal dengan nama A.A. Navis) adalah seorang sastrawan, kritikus budaya, dan politikus Indonesia asal Padangpanjang, Sumatera Barat. Ia terkenal karena cerita pendek (cerpen) Robohnya Surau Kami, tahun 1956.

Cerpen AA Navis memang banyak, dan dikumpulkan dalam 5 buku antologi yakni; Robohnya Surau Kami, Hujan Panas dan Kabut Musim, Jodoh, Kabut Negeri si Dali, dan Bertanya Kerbau pada Pedati.

Karya novelnya antara lain, Kemarau, Saraswati, Si Gadis dalam Sunyi, dan Gerhana. Sementara buku puisinya ada satu yakni, Dermaga Lima Sekoci.

Seperti diketahui, pada penutupan Sidang Umum ke-42 UNESCO tanggal 22 November 2023 yang berlangsung di Paris, Prancis, Direktur Jenderal UNESCO mengumumkan bahwa hari lahir dua tokoh kenamaan Indonesia ditetapkan sebagai hari perayaan tingkat internasional di UNESCO.

Kedua tokoh tersebut adalah sastrawan termasyhur AA Navis, dan pejuang wanita asal Aceh, Keumalahayati. Penetapan ini berlangsung di sesi sidang Plenary Report dari rangkaian Sidang Umum UNESCO ke-42. Sebelumnya, pengusulan penetapan peringatan 100 tahun kelahiran Ali Akbar Navis (1924-2024) mendapat dukungan dari Malaysia, Federasi Rusia, Thailand, dan Togo.

Dua tokoh ternama dari Indonesia ini sekaligus mengukuhkan prestasi Indonesia dalam UNESCO selama periode Sidang Umum UNESCO ke-42 di tahun 2023 ini, di mana Indonesia berhasil terpilih sebagai anggota Dewan Eksekutif UNESCO, menjadi anggota Dewan International Programme for the Development of Communication (IPDC), Meresmikan Indonesian Corner di markas besar UNESCO, serta penetapan Bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi sidang umum UNESCO.(ys)

Editor : Eriandi
Bagikan

Berita Terkait
Terkini