: Sebuah Cerita Kehidupan di Sudut Kota Tapi Agak Ke Tengah Di Dekat Pemukiman Orang Orang Yang Menyebut Diri Mereka Creme De La Creme...
Erwin Hidayat Abdullah
Bagian 1
Pagi itu di jam 10 tepatnya, saya memutuskan untuk jalan kaki di tengah terik matahari. Bukannya karena saya ingin menghitamkan kulit. Ini semata mata hanya karena keinginan menyendiri dalam keramaian dan hiruk pikuk kegelisahan dalam pikiran.
Sudah jalan delapan bulan sejak pandemi Covid 19 menyerang kota kami, tapi sampai sekarang belum ada tanda tanda berakhirnya. Sebagai orang yang dianggap mengerti masalah ekonomi dan keuangan, saya sering ditanya bagaimana caranya kita bisa berusaha dan tetap tumbuh di masa sulit seperti ini. Dan saya, terus terang, hanya bisa berteori tentang banyak hal, padahal saya tahu persis bahwa tidak mungkin berusaha dan berkembang jika keinginan ini sama besarnya dengan bayangan ketakutan akan bencana, apalagi disertai saling ketidak percayaan.Saya berjalan seorang diri melintasi kawasan perumahan mewah yang jalan jalannya ditumbuhi pepohanan rindang. Lumayanlah, ini bisa mengurangi panasnya sinar matahari saat itu dan juga bisa menjadi tempat buat menghirup udara segar. Saya berjalan dengan langkah santai, mencoba menikmati dan mensyukuri kehidupan, ketika tiba tiba saya mendengar seseorang setengah berteriak memanggil saya dengan sebutan jabatan yang pernah saya duduki hingga akhir tahun lalu.
“Pak Deputi, kok jalan sendirian. Mampir dulu sini!” Suara itu terdengar dari seberang jalan dari teras sebuah rumah yang tidak terlalu besar berdesain modern tropis yang asri.
Aku melihat seseorang lelaki bertubuh tegap agak langsing berusia kira kira 35 tahunan melambaikan tangannya ke arahku.
Editor : Bambang Sulistyo