Secuil Memori: Dubes Prof. Dr. Hasjim Djalal Diplomat Ulung

×

Secuil Memori: Dubes Prof. Dr. Hasjim Djalal Diplomat Ulung

Bagikan berita
Dubes Prof Dr Hasjim Djalal Ottawa November 1984 (tengah) bersama Koordinator Indonesia CWY-PPIK dan Tim mengadakan resepsi dan Indonesian Culture Show. Shofwan Karim (tengah kanan), Inarno (paling kanan) dan Andini, Grace dan Herda (kiri). (Foto: Dok/SK
Dubes Prof Dr Hasjim Djalal Ottawa November 1984 (tengah) bersama Koordinator Indonesia CWY-PPIK dan Tim mengadakan resepsi dan Indonesian Culture Show. Shofwan Karim (tengah kanan), Inarno (paling kanan) dan Andini, Grace dan Herda (kiri). (Foto: Dok/SK

Mungkin saya salah, berbisik dalam hati. Saya tidak pernah sekolah diplomat dan tak terlalu tahu etika diplomasi. Meskipun pada tahun-tahun 1980-1981; 1982-1983 ada sesi diplomasi kebudayaan dalam latihan persiapan atau pre-orientasi di Jakarta dan di Kanada, tetapi tetap saja saya merasa "kosong" ilmu dan pemahaman diplomasi.

Kami langsung umumkan dan persiapkan berbagai acara di Ottawa. Semua anggota tim, peserta dan pimpinan grup, sesuai prediksi saya, mereka benar-benar, over gembira dan bahagia. Meski naik bus dalam udara dan suhu dingin mengigit. Bisa jadi akan lebih 5 jam perjalanan. Biasanya salju akan memenuhi jalan raya dan Bus akan berjalan tidak secepat normal.

Eh, ternyata 2 bus datang dan kami menginap di Ottawa di Youth Hostel. Mengadakan resepsi dengan pengampilan tari, nyanyi dan musik yang telah kami persiapkan di Wisma Inonesia. Hadir Senator Founder Jaques Herbert, Tokoh dan Masyarakat Indonesia di Ottawa serta undangan lainnya. Besoknya berkunjung ke gedung parlemen. Melihat anggota parlemen bersidang. Melihat universitas, masjid, perpustakaan dan beberapa okjek lainnya.

Dubes Hasjim Djalal memintan staf dan kami mengemas agenda itu sedemikian rupa. Membuat tim kami puas. Senator dan CEO di Montreal serta undanga suka dan riang gembira.

Tetapi ada satu pertanyaan yang sampai akhir program sebelum ke Indonesia, bagaimana Dubes Hasjim melobby Montreal sehingga 10 tahun belum pernah ada acara seprti itu, bisa dilaksanakan.

Masan lalu hanya Konsul Jendral (Toronto dan Vancouver) berkunjung ke grup, kota-kota di mana program berlangsung. Kini, di samping hal itu tetap jalan, kami berkumpul di Ibu Kota Negara dan resepsi di Wisma Indonesia.

Pertanyaan Terjawab

Beberapa pertanyaan tadi baru dapat jawaban setelah Prof Dr Hasjim Djalal akan berangkat menjadi Dubes di Jerman 1989-1993. Saya datang ke rumah di Jakarta untuk silaturrahim dan ucapkan selamat sebagai Dubes penempatan berkutnya. Di hadapan isterinya Ibu Zurni Kalim (dari Panyangkalan Solok) pertanyaan saya ulang. "Bagaimana caranya melobby Montreal 1984 itu?"

Sambil senyum khas diplomat, ayah dari Budi Irawan, Dino Patti Djalal, dan Dini Sari, berkata, "saya tidak melobby Montreal. Saya hanya undang coffee morning Senator Jaquest Herbert.

"Saya bicara hubungan baik kedua negara. Sekali waktu tuan senator saya undang datang ke Jakarta. Saya berterimakasih atas program CWY-Indonsia". Lalu Senator kelihatan senang. Saya memuji program." Lanjut Dubes Hasjim.

Editor : Eriandi
Bagikan

Berita Terkait
Terkini