Analoginya bisa dibuat seperti shalat lima waktu yang awalnya diperintahkan 50 kali sehari oleh Allah Swt. Kita membutuhkan Nabi Musa modern —mungkin dalam bentuk ilmuwan skeptis— untuk mengingatkan bahwa terlalu banyak teknologi yang tidak dipahami hanya akan membuat kepala kita meledak, atau setidaknya memecahkan server.
Isra Mi’raj adalah bukti kebesaran Allah, sedangkan _quantum teleportation_ adalah bukti kebesaran akal manusia yang masih sangat terbatas. Namun, setidaknya keduanya mengajarkan pelajaran yang sama: keterbatasan kita dalam memahami alam semesta.
Jika mukjizat mengajarkan iman, maka ilmu pengetahuan mengajarkan kerendahan hati. Kita mungkin tidak pernah bisa mereplikasi perjalanan Nabi, tetapi setidaknya kita belajar untuk terus bertanya, mencari, dan mengagumi kebesaran Sang Pencipta melalui karya-Nya.
Jadi, lain kali Anda mendengar istilah _quantum teleportation_ atau _quantum internet,_ ingatlah bahwa ini hanyalah langkah kecil dalam memahami apa yang telah Allah tunjukkan ribuan tahun lalu. Nabi Muhammad Saw telah melakukan _quantum teleportation_ maupun _quantum internet_ dalam skala yang tak terbayangkan manusia.Dan siapa tahu, mungkin suatu hari nanti, meskipun kemungkinan ini masih tak terbayangkan oleh akal manusia biasa, perjalanan seperti Isra Mi’raj bisa menjadi kenyataan teknologi. Hanya dalam arti teknologis. Namun, tentu saja, dengan foton yang lebih patuh dan kabel optik yang tidak macet.(*)
Editor : Rahmat