Wakil Ketua Komisi IV DPR RI Tinjau Teknik "Sawah Bapokok Murah" di Pesisir Selatan, Produksi Padi Naik 50%

×

Wakil Ketua Komisi IV DPR RI Tinjau Teknik "Sawah Bapokok Murah" di Pesisir Selatan, Produksi Padi Naik 50%

Bagikan berita
Wakil Ketua Komisi IV DPR RI, Alex Indra Lukman, meninjau langsung implementasi teknik "sawah bapokok murah".
Wakil Ketua Komisi IV DPR RI, Alex Indra Lukman, meninjau langsung implementasi teknik "sawah bapokok murah".

PESISIR SELATAN – Wakil Ketua Komisi IV DPR RI, Alex Indra Lukman, meninjau langsung implementasi teknik "sawah bapokok murah" atau Bertanam Padi dengan Modal Murah yang dikembangkan oleh Kelompok Tani Bukik Baeh di Kampung Rumah Gadang, Nagari Sungai Gayo Lumpo, Kecamatan V Jurai, Kabupaten Pesisir Selatan, Sumatera Barat.

Dalam kunjungannya pada Selasa (28/1/2025), Alex menegaskan bahwa metode ini harus menjadi program prioritas Kementerian Pertanian sebagai upaya intensifikasi lahan guna mewujudkan swasembada pangan, yang merupakan salah satu skala prioritas Asta Cita Presiden Prabowo Subianto.

Produksi Padi Meningkat Hingga 50%

Alex Indra Lukman mengungkapkan bahwa penerapan teknik sawah bapokok murah terbukti meningkatkan produksi padi secara signifikan.

"Terjadi peningkatan produksi sebesar 50%. Biasanya, hasil panen padi hanya 4 hingga 5 ton per hektare, namun dengan metode ini dapat mencapai 7 hingga 8 ton per hektare," ujar Alex, yang juga menjabat sebagai Ketua PDI Perjuangan Sumatera Barat, saat ditemui di Padang, Rabu (29/1/2025).

Keunggulan dari metode ini tidak hanya pada hasil panen yang meningkat, tetapi juga pada efisiensi biaya produksi.

Efisiensi Biaya Hingga 50% Berkat Sawah Bapokok Murah

Menurut Ir. Djoni, pembina Kelompok Tani Bukik Baeh sekaligus penemu teknik sawah bapokok murah, metode ini mampu mengurangi biaya produksi hingga 50% dibandingkan sistem konvensional.

"Dengan teknik ini, petani tidak perlu mengeluarkan biaya untuk pengolahan tanah. Selain itu, penggunaan pupuk kimia juga berkurang karena unsur hara dihasilkan dari jerami yang dilapukan pada hamparan sawah," jelas Ir. Djoni.

Teknik ini sejatinya merupakan pengembangan dari metode Mulsa Tanpa Olah Tanah (MTOT) yang telah lama diterapkan oleh petani di Nagari Sungai Gayo Lumpo.

Editor : Bambang Sulistyo
Bagikan

Berita Terkait
Terkini
pekanbaru