Seabad Waterleiding Koto Gadang; Urat Nadi Air untuk Bukittinggi

×

Seabad Waterleiding Koto Gadang; Urat Nadi Air untuk Bukittinggi

Bagikan berita
Seabad Waterleiding Koto Gadang; Urat Nadi Air untuk Bukittinggi
Seabad Waterleiding Koto Gadang; Urat Nadi Air untuk Bukittinggi

Pada 1924, terjadi pergantian pucuk pimpinan di Agam. Seijers digantikan oleh Rookmaaker. Ia mendengar keluhan, bahwa uang yang dikumpulkan warga Koto Gadang sekitar f 4000 – belum mencukupi untuk pembangunan pipa waterleiding.

Rookmaker kemudian mencari terobosan. Ia memerintahkan pada pegawainya untuk membangun penangkap air di Bulakan Batupai. Pembangunan bak penangkap air ini juga direstui oleh Datuk Tumanggung – kepala negeri Koto Tuo, serta Datuk Rajo Malintang – hoofd Onderdistrict IV Koto. Namun, pasca pembangunan penangkap air, Rookmaker pun pindah. Kelanjutan pembangunan waterleiding pun terhenti.

Lima tahun kemudian, proyek pemasangan pipa kembali dimulai Tepatnya pada 1929, Groeneveldt menjabat selaku asisten residen Agam. Setelah melihat terbengkalainya waterleiding, Groeneveldt yang baru menjabat beberapa bulan itu, segera menyurati Gubernur Jendral Hindia Belanda Bonifacius Cornelis de Jonge.

Ia menyurati de Jonge, agar pemerintah mengucurkan pinjaman tanpa bunga sebesar f 20.000. Namun, permintaan dari Groeneveldt ditolak. Apa pasal? Tentunya jumlah pinjaman yang diajukan ini sangat besar Groeneveldt, mengingat Hindia Belanda dihadapkan dengan dampak awal dari depresi ekonomi yang menghantam dunia.

Kembali pengerjaan waterleiding tertunda terhitung sejak 1924 sampai 1932. Pasca berakhirnya kepemimpinan Groeneveldt, posisi asisten residen Agam pun beralih tangan pada A.I Spits.

Persoalan finansial yang membelit proyek waterleiding, menemui titik cerah pasca Datuk Sutan Perpatih – seorang hoofd district Bukittinggi, menyampaikan penjelasan Comitte Waterleiding pada Cator.

Sang Asisten Residen Fort de Kock pun mengundang para ninik mamak untuk menghadiri rapat tertutup pada 27 April 1932. Acara rapat itu dihadiri oleh Datuk Sutan Perpatih, AI Spits, juga para ninik mamak Koto Gadang. Palu pun diketuk. Cator menginginkan proyek waterleiding kembali dilanjutkan.

Pada Agustus 1932 waterleiding resmi dilanjutkan proyeknya di bawah pengawasan Jazid Dt. Rajo Mangkuto – seorang supervisor yang juga putra dari Koto Gadang.

Pada awal Januari 1933, pemasangan pipa pun rampung. Air sudah bisa mengalir dari penangkap air Bulakan Batupai 1.054 dpl, ke bak Galudua 1.020 dpl (1932) di Nagari Koto Tuo, bak Gantiang 980 dpl, menuju Bak Gobah 925 dpl di Nagari Koto Gadang, untuk nantinya berakhir alirannya di Fort de Kock.

Meriahnya Pesta Waterleiding

Editor : Eriandi
Bagikan

Berita Terkait
Terkini
pekanbaru