Oleh Deri Oktazulmi
PADANG - Di tengah kesunyian Rumah Sakit Bhayangkara Padang, seorang ibu, Lisa Delka, dengan wajah muram, merenung dalam. Tangis tak mampu ia tahan, air mata meluncur bebas di pipinya.
Ibunda Cinta Novita Sari Mista (15), putri sulung yang baru saja merengkuh ajal dengan cara yang begitu tragis, kini hanya bisa berdoa dalam kesedihan yang mendalam, menanti kepastian dari pihak kepolisian.
Cinta ditemukan tewas, terbungkus dalam karung putih yang tak memberi kesempatan bagi siapa pun untuk menebak kisah hidup terakhirnya. Tubuhnya ditemukan di sebuah pinggir jalan perkampungan, tersembunyi dari pandangan, namun tak mampu menyembunyikan kekejaman yang telah menimpanya. Bekas cakaran di tubuh dan cekikan di lehernya menjadi saksi bisu bahwa dirinya telah meninggal dalam derita.
"Saya tidak ikhlas. Saya tidak terima anak saya diginiin, dari ujung rambut hingga kaki saya tidak rela anak saya diginiin," ujar Lisa, dengan suara serak penuh kepedihan.
Air matanya tak kunjung berhenti mengalir, seperti sungai yang tak bisa dibendung. Ia mengungkapkan betapa sulitnya menerima kenyataan pahit yang menghantam keluarga mereka.Kehidupan Cinta yang penuh harapan, yang tak pernah merepotkan siapa pun, harus berakhir dalam cara yang tak bisa diterima akal sehat. Selama ini, Cinta dikenal sebagai anak yang baik dan tidak pernah menyusahkan orang lain.
Lisa, yang telah mengerahkan segala usaha untuk anaknya, kini hanya bisa berharap agar pelaku dari tragedi ini segera tertangkap dan mendapat hukuman setimpal. "Saya tidak ikhlas," kata Lisa lagi, dengan lirih.
Di balik tragedi yang menggores luka mendalam, ada sebuah kisah yang tak banyak diketahui. Cinta, yang masih duduk di bangku sekolah kelas 9 di MTsN 2 Sumanik, Kabupaten Tanah Datar, ternyata pernah merasakan ancaman terhadap hidupnya.
Editor : Eriandi