Bayu, sering menghubungi saya untuk banyak hal. Tak hanya urusan berita. Namun, kini pria berusa 37 tahun itu, telah pergi, sebuah kehilangan yang mengejutkan.
“Bayu lah pai Pak,” kata kakaknya Fajar Rillah Vesky. Informasi yang sama disampaikan Bhen Maharajo dan Rahmat kepada saya.
Pada Maret 2025, duo wartawan Singgalang yang press clear, dipanggil Tuhan. Pertama Musriadi Musanif meninggal dunia, 09 Maret di RSUP M Djamil Padang dan kedua Muhammad Bayu Tullah Vesky, Sabtu (22/05/2025) di Suliki. Dou wartawan ini, jika beritanya masuk ke redaksi, tak usah dibaca lagi. Langsung saja naik cetak atau posting di online, dijamin tak ada salah. Dijamin bersih, necis dan duduk 5 W 1 H. Bahasanya jernih, saya suka. Keduanya pergi begitu cepat. Itulah kehendak Tuhan. Innalilahi wainna ilahirajiun.
Bayu Vesky
Mhd Bayu Vesky, anak muda adalah komisaris Mandalika Grand Prof Association (MGPA). Itu yang punya sirkuit di Mandalika. Keren. Bayu juga punya beberapa usaha, baik sendiri atau patungan dengan kawannya.
“Ang kuliah lai Bayu,” kata saya.
“Iyo Pak, wak kuliah,” jawabnya. Dan, Bayu terus sibuk, nyaris lupa dunia jurnalistik. Ia bekerja tegak lurus untuk politik yang ia yakini. Jarang ada orang seperti itu. Ia berdomisili di Limapuluh Kota, punya seorang istri dan seorang anak perempuan berusia 3 tahun lebih. Pada Februari lalu, lahir anak keduanya.Bayu, jatuh sakit. Saya tahu dari kakaknya, Fajar. Empat bersaudara, dua perempuan ini, dilarikan ke RSUP M Djamil, Padang. Saya bergegas ke sana, sebab saya adalah “bapaknya.”
“Saya anak angkat Pak Khairul Jasmi,” kata dia memperkenalkan diri pada banyak orang dan kesempatan. Bersama Andrian Tuswandi alias Toaik, kami mengurus rujukan Bayu ke RS Unand, untuk radioterapi. Pria yang necis ini, tak mau ditinggal kakaknya, Fajar yang anggota DPRD Limapuluh Kota itu.
“Indak ibo Uda jo den, jan pai juo,” itu kata Fajar pada saya dalam suara yang bergetar.
Editor : Rahmat