Untuk penguatan bagi siswa dan orangtua kepala sekolah mengadakan pertemuan di SMAN 1 Padang (22/3/2025). Dalam pertemuan itu, Buya mengucapkan terima kasih atas dukungan dan kolaborasi memajukan pembelajaran di sekolah kepada orangtua dan komite sekolah sehingga bisa maju dan menyala seperti sekarang. “Komite sekolah juga sangat bangga dan menyokong pihak sekolah terutama dalam kegiatan siswa dibidang akademik dan ekstra kurikuler,” ujar Prof.Dr.Nusyirwan Effendi dalam sambutannya mewakili ketua komite.
Nusyirwan meminta agar SMAN 1 Padang menjadi terdepan yang sekolah standar biasa non boarding school dengan input mayoritas zonasi akan tetapi bisa menjadi sekolah luar biasa. Sekolah ini, tidak punya asrama seperti lembaga yang sama dan unggul di Sumbar. Satu-satunya, non boarding school, tapi justru bisa menjadi terbaik.
Jika Anda pernah pagi-pagi mendekati SMA 1 Padang, seperti burung berbondong, remaja menuju sekolah dan beberapa saat kemudian lenyap ke dalam kelas. Sekolah favorit ini, diasumsikan akan ambruk ketika jenis sekolah itu dihapus dan diberlakukan zonasi. Nyatanya tidak.
Gedung baru yang dibangun pada 2009 sehabis gempa hebat mengguncang Sumbar. Terletak di lahan seluas 1,6 hektare menelan biaya Rp 36 miliar. Sekolah dilengkapi dengan sebuah masjid dan sebenarnya gedung-gedungnya adalah juga shelter untuk warga sekitar, jika terjadi gempa berpotensi tsunami.

Diprakarsai Walikota Fauzi Bahar saat itu, Gedung SMAN 1 Padang dibangun atas bantuan Yayasan Budha Tzu Chi. Dimulai 10 November 2009 dan diresmikan 7 Agustus 2010. Di gedung rancak modern itulah anak-anak Padang belajar menggapai masa depannya. Masa depan, seringkali dimulai dari “sekarang.”
Sekolah semacam SMA 1 itu, bisa menambah ekstra kurikulum dengan apa yang disebut Kadis Pendidikan Sumbar, Barlius sebagai “ Calisbato” yaitu membaca, menulis, bedebat dan berpidato. “Benar itu kurikulum orang Minang masa lalu,” kata dia mengomentari tulisan nomor 1 yang tayang pada Sabtu (22/03/2025).
Aset sekolah-sekolah terbaik mestilah dijaga dengan terus berusaha menaikkan brand sekolah lain. Tapi, kata seorang kawan, orang hebat masa lampau dimasak di Jawa. “Kan semua yang ada di Jawa masa lampau itu ada di Sumbar sekarang, jikapun tidak, apa salahnya dimulai saja sejak dari SLTA,” kata yang lain. Berdebat pula mereka di WAG.Masa depan seperti zaman lampau itu, sebenarnya sekarang bisa dikasim ke batang tua yang sudah jelas berbuah banyak. Tinggal sekarang, melakukannya. SMA 1 Padang dan sekolah lain, bisa saja menjadi tempat mendidik mereka, juga di madrasah. Itu jika memang Anda semua setuju dengan apa yang saya tulis. Jika tidak, apa hendak dikata.
Dan, SMA 1 Padang, sekolah keren itu, kini berusia 15 tahun. Tapi, SMA yang di Simpang Kandang sudah setua sejarah. Di sekolah baru ini, menurut Buya, “pembelajaran berdiferensiasi kurikulum merdeka, "belajar gembira" sesuai kebutuhan murid,” katanya. Kata kuncinya kebutuhan murid, bukan kebutuhan orang tua.
Inti kehebatan SMA 1 Padang, tak berasrama, bukan lagi sekolah favorit (meski masih di mata warga kota), muncul sebagai terbaik tiga se Sumbar, jika merujuk perankingan di atas. Image yang terbangun karena brand sebuah sekolah, bisa menolongnya melompat tinggi. Namun, tergantung pengelolaannya juga. SMA 1 Padang sudah punya tradisi pengelolaan baik dengan guru yang baik pula. (bersambung)
Editor : Bambang Sulistyo