Sistem Pengajaran
Di Madasarah ini metode tradisional dipautkan di teraju bersama dengan metode modern yaitu klasikal, salah seorang yang lahir dari sekolah ini adalah Dr. Khairul Fahmi, ahli hukumd ari Universitas Andalas.
Tapi, ada madrasah yang tetap berhalaqah. Dia bukan satu-satunya, hampir tak terbilang banyaknya profesor di UIN Imam Bonjol dan perguruan tinggi serupa lainnya di Indonesia.
Tentu saja, kurikulum di sini berbasis kitab kuning, yang melahirkan tak terbilang banyaknya ulama kita. Santri mempelajari kitab-kitab klasik berbahasa Arab yang membahas berbagai disiplin ilmu Islam, seperti, Tauhid atau Akidah Islamiyah, Fiqh isinya hukum-hukum Islam, Tafsir Al-Qur'an, Hadis, Tasawuf, Nahwu dan Sharaf atau tata bahasa Arab, Balaghah atau sastra Arab.
“Tentu saja di sini diajarkan kitab-kitab disusun secara berjenjang sesuai tingkat pemahaman santri,” kata Zul.
Memang, ini sekolah mencetak ulama dengan ilmu agama yang dalam dan pengetahuan umum. Namun, jiwa semestanya tentu lebih pada agama. Ini, sesuatu yang dalam satu dekade di zaman Orde Baru ditinggal, lalu orangtua mengejar sekolah umum untuk anak-anaknya, karena persoalan lapangan kerja. Pada masanya, lapangan kerja sama susahnya tamat sekolah umum atau agama, saat itu muncul kesadaran “jenis sekolah semata, bukan jaminan lapangan kerja.”Di MTI Canduang penggunaan Bahasa Arab dan metode sorogan, menjadi mengasyikan. Ini disebabkan, karena di kelas digunakan Bahasa Arab sebagai pengantar. Lantas kemudian, ada yang namanya metode sorongan, santri membaca kitab secara individu di hadapan guru untuk dikoreksi. “Ini masih diterapkan dalam beberapa madrasah,” kata Zulkifli.
Yang menarik pendidikan umum dan integrasi teknologi. Selain ilmu agama, MTI juga memasukkan mata pelajaran umum seperti, matematika. Matematika sebenarnya erat kaitannya dengan pengetahuan agama, namun entah kenapa kemudian seolah dipisahkan. Juga diajarkan sains. Ini pun adalah ilmu agama, bagaimana sains membaca misalnya fenomena alam, perjalanan matahari, langit tetiba gelap, hujan turun. Penciptaan manusia, yang ditulis dalam Al Qur’an bisa diurai dengan sains. Kapasitas otak dan cara berpikir, sidik cari dan banyak lagi, diisyaratkan dalam Al Qur’an dan dibedah oleh sains.
Editor : Eriandi