Alumni MTI Canduang dan MTI lainnya bekerja di berbagai bidang jadi pendakwah, guru dan dosen, pengasuh pondok pesantren, juga jadi penulis buku. Selain itu juga berkecimpung di bidang hukum dan keagamaan. Ada yang jadi hakim agama di pengadilan agama untuk menangani perkara pernikahan, waris, dan ekonomi syariah. Menjadi penyuluh agama, pengelola zakat dan wakaf di BAZNAS atau Lembaga Amil Zakat (LAZ). Ungtuk ekonomi dan bisnis syariah sesuai perkembangan dan tren sekarang. Ada yang jadi pegawai bank syariah, jadi analis keuangan, teller, atau bagian manajemen risiko. Membuka usaha sendiri, seperti mendirikan usaha berbasis syariah, seperti toko halal, kuliner Islami, dan travel haji/umrah. Sampai mengelola koperasi syariah.
Banyak alumni yang bekerja di media dan jadi wartawan, bahkan pembuat kontek dakwah dan ini dia penerjemah kitab kuning.
“Alumni Madrasah Tarbiyah Islamiyah memiliki banyak pilihan dalam melanjutkan pendidikan maupun berkarier. Dengan bekal ilmu agama, keterampilan mengajar, serta pemahaman ekonomi syariah, mereka dapat berkontribusi dalam berbagai bidang, baik sebagai pendidik, ulama, hakim, pengusaha, maupun jurnalis Islam. MTI tetap menjadi lembaga yang melahirkan generasi ulama dan intelektual Muslim yang berkontribusi bagi masyarakat dan umat Islam secara luas.”Lalu, MTI Canduang yang pernah dilendo masalah itu, semakin maju saja, pengurus berhasil menyingkirkan problem dengan cepat. Ini, antara lain, karena rakyat Canduang memang terus menjaga warisan ulama mereka. Jika Anda lewat di Canduang, lihatlah sekolah itu, di tengah halamannnya ada Makan ulama besar, Syekh Sulaiman Arrasuli, yang lahir 1871 dan wafat 1970, dalam usia 99 tahun. (bersambung)
Editor : Eriandi
