Berjumat di Masjid Inyiak Parabek

×

Berjumat di Masjid Inyiak Parabek

Bagikan berita
Foto Berjumat di Masjid Inyiak Parabek
Foto Berjumat di Masjid Inyiak Parabek

Oleh: Khairul JasmiINI Parabek, sebuah nagari yang menyumbang banyak ilmu pada khasanah intekektual dan kemajuan Islam di Minangkabau. Saya sedang berdoa di pusaro Inyiak Parabek, satu dari sejumlah ulama besar Minangkabau. Makam itu berada di halaman masjid yang awal dibangun 1908 sampai 1910, Jumat (6/3), sekira pukul 11.00 saya sampai di sana.

Udara sejuk berhembus, seolah mengantarkan bau Singgalang, gunung yang terlihat bersih tanpa awan. Di halaman masjid tuo itu anak-anak sedang bermain. Di jalan raya yang berhotmix dan marka warna putih terang, santri Sumatera Thawalib lalu-lalang. Mereka berbelanja, ke ATM atau sedang membawa buku ke asrama.Anak-anak putri berbisik sesamanya, sehabis belajar dan berjalan lambat-lambat. Sehabis dari masjid, saya ke komplek perguruan. Ternyata bersih, rapi dan modern. Beberapa santri sedang bermain pimpong, lainnya duduk membaca buku. Kawannya sehabis mandi, necis berkupiah, melangkah ke masjid.

"Pak Khairul?" seseorang menyapa saya. Inilah Ustad Deswandi, salah seorang tokoh penting di Thawalib. Hari ini ustad akan jadi khatib Jumat. Kami berbincang tentang Inyiak Parabek. Ia sudah tahu saya akan datang dari H. Syukron Putra, warga Parabek yang sekarang bekerja di Padang Ekpsres Grup.Inyiak Parabek

Inyiak Parabek seperti juga anak muda alim Minangkabau seusai Perang Paderi, meninggalkan rumah menuntut ilmu dari guru ke guru. Pada usia 13 tahun, anak ulama Inyiak Gaek ini sudah pergi ke surau di Pakandangan. Inyiak Parabek lahir 1884 dan pada usia 17 tahun 1901 Inyiak pergi ke Makkah. Belajar pada banyak guru, terutama Syekh Achmad Chatib al Minangkabawi.Inyiak adalah seorang yang totalitas, sungguh-sungguh dan mendalam. Hidupnya ia wakafkan untuk dunia pendidikan, yang sekarang terbukti menjadi warisan bagi Sumatera Barat. Ulama pejuang ini, tak pernah mengkafir-kafirkan orang. Dihormati semua orang, sebuah rasa hormat yang takzim.

Inyiak Parabek dan Inyiak Deer ayah Hamka, adalah tokoh pendiri Thawalib di lokasi berbeda dan manajemen berbeda. Inyiak Parabek dan Inyiak Canduang adalah tiang kembar Minangkabau zaman kontemporer.Inyiak Parabek meninggal dunia pada 1963, sama-sekali tak bersentuhan dengan milenial, tapi pohon ilmu yang ditanamnya di Parabek kian kokoh lebat dan menjulang.

Jika Anda mencari ulama besar Minangkabau di google maka antara lain akan muncul nama Inyiak Parabek. Anda bisa salah jika melihat foto ulama-ulama kharismatik itu karena semua bersurban, kecuali beberapa orang.Lalu siapa yang tak bangga, ada ulama besar di kampungnya? Maka wajar saja orang Parabek bangga.  Tak usah pula heran, khalayak lebih kenal 'anak lulusan Parabek,' dibanding 'Lulusan Sumatera Thawalib Parabek. ' Sedemikian luasnya nama Parabek dikenal.

Di masjid Inyiak Parabek itulah saya berjumat. Tentu tak lupa memandang Marapi dan Singgalang. Di nagari inilah Hamka, Adam Malik dan sederatan nama lainnya pernah belajar. Lalu ngapain saya ke sana? Saya mau menulis biografi Inyiak Parabek dengan gaya sastra dan jurnalistik. Sebelum ini selesai saya buat, novel biografi Inyiak Canduang. Apa kelebihan ulama? Ilmunya dalam. (*) 

Editor : Eriandi
Tag:
Bagikan

Berita Terkait
Ganefri
Terkini