Berkunjung ke Ibukota Baru (4); Nun Ibukota dalam Rimba Raya

×

Berkunjung ke Ibukota Baru (4); Nun Ibukota dalam Rimba Raya

Bagikan berita
Foto Berkunjung ke Ibukota Baru (4); Nun Ibukota dalam Rimba Raya
Foto Berkunjung ke Ibukota Baru (4); Nun Ibukota dalam Rimba Raya

Oleh Khairul JasmiRimba Kalimantan, menyimpan hampir semua tumbuhan tropis yang jadi bahan bahan baku utama obat-obatan. Kini, semakin jelas, juga menyediakan dirinya untuk sepotong masa depan sebuah bangsa. Hutan yang sudah babak belur itu, dengan tabah menyumbangkan dirinya untuk Indonesia yang sedang lasak dan gelisah. Saya tiba di salah satu sisi hutan ternama itu pada Rabu (2/10). Bukan rimba raya lagi, tapi sudah berubah menjadi Hutan Tanaman Industri (HTI), dengan akasia siap panen sebab sudah berusia 5 tahun dan juga hamparan yang baru ditanami. Di sana bekerja ratusan, bahkan ribuan orang. Bekerja dalam diam.

Saya melaju dengan mobil gardan ganda 4x4 bersama Wakil Ketua Komisi Informasi (KI) Pusat, Hendra J Kade yang desanya bertetangga dengan desa saya di Sumatera Barat. "Seperti ke Sitapuang Gadang masa lampau ya," katanya berseloroh menyebut sebuah desa atau taratak dalam rimba di masa lalu yang sangat kami kenal. Mobil proyek yang dikemudikan Daryono asal Ponorogo."Masih jauh Pak," kata Daryono, yang orang tuanya sudah masuk Kalimantan 1984 dan yang lain menyusul saat transmigrasi dibuka 1987. Di kantong jok, depan saya, ada sebuah map, isinya lembaran-lembaran kertas lembur. Mobil terus melaju di jalan berdebu yang di kiri kanan jalan terlihat kayu lahan industri dan juga sawit. Jalan yang sepi, kering dan berbatu itu, sempit. Tak lama kami mmsuk sebuah desa dengan rumah yang satu sama lain, jarang. Saya melihat seorang pria, tanpa baju tapi bercelana dalam saja, dengan enteng berjalan sembari membawa seember air ke rumahnya di seberang jalan. Di depan rumahnya, ada tali dibentangkan, untuk menjemur kain. Tak lama bertemu sekelompok rumah lainnya. Ada yang sepi, pintu terkunci. Sebuah rumah sedang dibangun, dengan bata.

"Pasir dan batu darimana didapat Mas?""Didatangkan tak jauh dari sini," kata Daryono. Sebuah pickup, sedang mundur, keluar dari rumah, membawa hasil bumi, dengan pemuda berkaos duduk di belakang. Mungkin akan ke pasar terdekat. Ada kedai kebutuhan harian dan bangunan, yang sedang sepi. Tak lama, sebelah kanan terlihat embung yang berair tenang.

"Nah air dari sini Pak, diangkut ke desa untuk konsumsi warga," kata dia.Menara Pantau

Tak lama sampai pada sebuah titik bernama Bumi Harapan di sektor Terunn, tempat sebuah menara pantau api yang tingginya 20 meter yang dibangun 1995. Di bangunan ini bisa terlihat kota Balikpapan. Saya memandang dari sana, ke hamparan nyaris tak bertepi di bawahnya. Sesayup mata memandang, hutan saja."Penajam di sana Pak, di situlah nanti ibukota negara," kata seorang petugas. Saya tak bisa memastikan kemana arah telunjuknya. Yang jelas, nun jauh ke sana. Saya melihat guguk sambung-bersambung. Jadi sebenarnya, saya dan rombongan tak pernah sampai pe Penajam Paser Utara (PPU) hanya melihat-lihat dari jauh saja, seperti kompeni Belanda meneropong dari geladak kapal, tapi saya tak pakai teropong. Paling tidak, saya sudah amat dekat. Tokh kalau ke sana, sama saja dengan di sini, hamparan hutan sesayup mata memandang. Apalagi di sini, ada kepala desanya, yang dalam kelakar bersama kami, ia akan menjadi orang penting, tak lama lagi.

"Mana da kepala desa di ibukota negara," kata sang kepala desa."Ada, nanti lihat sajalah," sela wartawan.

Lalu, seseorang menawarkan kepada saya hamparan sawit yang sudah berbuah, tinggal beli, buat akta, datang ke sana, panen. Serasa akan mudah saya, tapi sayang saya tak punya uang.Sementara itu, Gubernur Kaltim menyebut, ibukota itu akan banyak bukit, indah. Setelah saya lihat, hanya Bukittinggi kota seperti itu, sebab berdiri di atas 17 bukit. Di calon ibukota ini bukit-bukit kecil, itulah yang disebut guguk. Ah itu tak penting benarlah, yang perlu telah terjadi tindakan "di luar pola umum." Eropa bisa maju karena tindakan tersebut dan itu memerlukan waktu yang panjang.

Ibukota baru ini, benar-benar hutan, tak ada kehidupan apapun di situ, kecuali ladang-ladang kayu yang uangnya mengalir ke kantong pemiliknya yang mungkin bermukim di Singapura.Ibukota ini harus selesai pada 2024. Pertama yang akan dibangun adalah istana, gedung parlemen dan tempat ibadah. Menurut Menteri PPN/Bappenas, Prof. Dr. Bambang P.S. Brodjonegoro, yang akan dibangun bukan hutan dalam kota, tapi benar-benar kota dalam hutan. Hutannya tidak dirusak, sebuah sikap yang sangat ideal. Bisa jadi kelak, rancak rupa dari isi, semoga saja tidak. Berbagai gambaran kota masa depan itu pun disampaikan. Misalnya, trotoarnya harus lebar, semua kabel di bawah tanah, air di kran bisa langsung diminum, trasportasi umum yang modern, tidak sepi dan segenggam idaman tentang kota futuristik lainnya.

Nantilah itu, kini saya sedang memandang tapak ibukota ini, yang akan membuat shock budaya dan kejutan-kejutan listrik, yang antisipasinya belum saya dengar. Tentulah sudah ada, sebab rencana ini disusun secara hebat dan profesional.Puas memandang hamparan berguguk itu, saya mainkan kamera HP, memotret beberapa sisi. Maklum HP, hasilnya tak semaksimal dengan tustel, tapi jadi jugalah daripada tidak. Kawan-kawan wartawan dari Kaltim, berseloroh, sebentar lagi, mereka akan jadi wartawan ibukota, sama dengan seloroh walikota Balikpapan, yang menampilkan di layar lebar foto orang hutan yang sudah jadi warga ibukota.

Ibukota baru benar-benar akan dibangun dari awal sekali, seperti zaman awal, nenek moyang kita membangun pemukimam di sepanjang sungai, kiri dan kanan. Kemudian sepanjang jalan, juga kiri dan kanan. Tentu saja sekarang berbeda, ibukota dibangun dengan rencana yang matang. Buktinya antara lain akan ada sayembara desain kota yang hadiahnya juara 1 nya miliran rupiah, akan saya laporkan setelah ini.Pada acara peninjauan ibukota Selasa dan Rabu lalu itu, juga hadir Menteri PPN/Bappenas, Menteri PU, Menteri Perhubungan dan mewakili Menteri LH. Pemuka masyarakat Kaltim, termasuk Rektor Universitas Mulawarman, Prof Masjaya, telah memberikan masukan bagi melengkapi rencana tersebut. Sejumlah pemimpin redaksi ibukota juga memberikan masukan.

Editor : Eriandi, S.Sos
Tag:
Bagikan

Berita Terkait
Ganefri
Terkini