Besok, Jamaah Naqsabandiyah di Sumbar Rayakan Idul Fitri

×

Besok, Jamaah Naqsabandiyah di Sumbar Rayakan Idul Fitri

Bagikan berita
Besok, Jamaah Naqsabandiyah di Sumbar Rayakan Idul Fitri
Besok, Jamaah Naqsabandiyah di Sumbar Rayakan Idul Fitri

[caption id="attachment_53545" align="alignnone" width="649"] Jamaah Naqsyabandiyah (Rus Akbar/Okezone)[/caption]PADANG - Jamaah Tarekat Naqsabandiyah di Sumatera Barat akan merayakan Idul Fitri 1439 Hijriah pada Rabu (13/6). Mereka meyakini Selasa hari terakhir Ramadan dan malam ini tak lagi melaksanakan Salat Tarawih.

Selepas Salat Magrib, jamaah akan menggelar takbiran bersama di Musala Baitul Makmur di Kelurahan Binuang Kampung Dalam, Kecamatan Pauh, Kota Padang, sebagai tanda Lebaran sudah tiba.“Malam ini kita takbiranb. Hari ini kita sudah genap melakukan puasa yang ke-30,” ujar Sekretaris Musala Baitul Makmur, Edizon Revindo kepada okezone, Selasa (12/6).

Selama Ramadan, di Musala Baitul Makmur ada 20 orang bersuluk, ritual yang diisi dengan berzikir selama 40 hari dan melapaskan diri dari nafsu duniawi. Hari ini suluk sudah genap 40 hari.“Mereka ini semuanya perempuan berasal dari Kecamatan Lubuk Kilangan, Kota Padang tapi ada juga dari Kabupaten Solok dan Kabupaten Pesisir Selatan. Mereka datang 10 hari menjelang ramadan,” terangnya.

Esok pagi, jamaah Naqsabandiyah akan Salat Id. Setelah salat, para jamaah akan makan-makan bersama menjalin silaturahim. Kue dan minuman dibawa secara swadaya oleh para jamaah untuk disantap bersama di masjid usai Salat Id.“Itulah tradisi kita, beda dengan Idul Adha kalau Idul Adha pembagian daging korban dan makan bersama, tapi kalau Idul Fitri hanya makan kue dari jamaah sendiri,” ujarnya.

Jamaah Naqsabandiyah memang kerap berbeda dengan pemerintah dalam menetapkan awal Ramadan maupun Idul Fitri. Tahun ini, jamaah Naqsabandiyah berpuasa Ramadan mulai Selasa (15/5) dan hari ini sudah genap 30.“Dari dulunya kita sudah beda kok. Tanggapan pemerintah, beberapa hari saat kita akan memulai puasa kita didatangi dari Kanwil Kemenag Sumbar meminta supaya puasa disamakan, tapi tidak bisa kita sama,” ujarnya.

Naqsabandiyah tak menunggul hasil sidang istbat pemerintah, karena mereka punya metode tersendiri dalam menentukan awal Ramadan. Penetapan Ramadan oleh Naqsabandiyah didasarkan pada kalender hisab munjid.Mereka bahkan sudah menentukan awal Ramadan dan Idul Fitri tahun depan berdasarkan kalender hisab tersebut. “Kita punya kalender hisab munjid. Tahun depan itu awal Ramadan jatuh pada hari Jumat dan lebarannya pada hari Minggu,” ucapnya.

Cara menghitungnya dengan menaikan lima hari sejak puasa tahun ini, kalau tahun ini Ramadan jatuh pada Senin, maka hitungan tahun depan sebanyk 360 hari ditambah 5 hari. “Lima hari dimulai dari hari Senin awal Ramadan tahun ini , Selasa, Rabu, Kamis dan Jumat, maka puasa tahun nanti jatuh pada hari Jumat,” terangnya. (aci)

Editor : Eriandi
Tag:
Bagikan

Berita Terkait
Ganefri
Terkini