[caption id="attachment_10856" align="alignnone" width="600"] Ilustrasi (okezone.com)[/caption]JAKARTA - Utang Luar Negeri (ULN) Indonesia periode akhir November tercatat sebesar USD372 miliar atau sekira Rp5.220 triliun (mengacu kurs RP14.000 per USD). Dari jumlah tersebut rinciannya adalah USD183,5 miliar merupakan utang pemerintah dan Bank Sentral sedangkan sisanya USD189,3 miliar merupakan utang swasta dan Badan Usaha Milik Negara (BUMN).
Direktur Eksekutif yang juga Kepala Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter BankIndonesia Aida Budiman mengatakan, struktur ULN Indonesia tetap sehat. Hal ini tercermin
antara lain dari rasio ULN Indonesia terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) pada akhirNovember 2018 yang tetap stabil di kisaran 34%.
Lagi pula, lanjut Aida, rasio ULN tersebut masih relatif lebih baik dibandingkan denganrata-rata negara negara-negara yang setara dengan Indonesia atau negara dengan grade B. Di samping itu, struktur ULN Indonesia tetap didominasi ULN berjangka panjang yang
memiliki pangsa 84,8% dari total ULN."Bank Indonesia dan pemerintah terus berkoordinasi untuk memantau perkembangan ULN
dan mengoptimalkan perannya dalam mendukung pembiayaan pembangunan, tanpamenimbulkan risiko yang dapat memengaruhi stabilitas perekonomian," ujarnya dalamacara media briefing di Komplek Bank Indonesia, Jakarta, Kamis (24/1).Aida juga menambahkan, masyarakat tidak perlu khawatir mengenai utang luar negeri
Indonesia yang terus meningkat. Sebab BI sendiri mengeluarkan kebijakan yangkomperhensif dan konsisten guna menjamin agar ULN Indonesia tetap terkendali.
"Karena ULN itu adalah bagian dari sumber pembiayaan dalam negeri. Seperti diceritakancurrent account itu kan masuk dalam financial account yang merupakan bagian aliran
modal, nah di situ masuk ULN," ucapnya sebagaimana diwartakan okezone.Aida menambahkan, BI sendiri menjamin agar perbankan yang ingin menarik utang harus
Editor : Eriandi