
PADANG – Pemerintah Provinsi Sumatera Barat belum mengkaji penggantian nama Bandara Internasional Minangkabau. Penggantian bandara bisa saja dilakukan, namun harus ada kesepakatan.
Sebelumnya Bupati Padang Pariaman Ali Mukhni mengusulkan mengganti nama BIM menjadi Bandara Syekh Burhanuddin.
“Saya belum tahu, kenapa diubah, apa alasannya. Kalau untuk mengubah mungkin bisa, saya rasa harus ada kesepakatan. Perlu dibicarakan dengan DPRD,”sebut Wakil Gubernur Nasrul Abit, Rabu (30/5).
Disebutkannya, nama BIM sudah disepakati dan sudah ditetapkan. BIM juga bukan bandara baru di Sumbar, melainkan pengalian Bandara Tabing. Jika memang harus diubah, akan memerlukan kajian. Sebab, tidak mudah mengganti sebuah nama bandara.
“Dulu dari Tabing ke BIM juga melalui proses dan persetujuan, sebelum ditetapkan pergantian nama bandaranya,” katanya.
Sebelumnya, Bupati Padang Pariaman, Ali Mukhni menyebutkan keinginan perubahan nama tersebut telah didukung oleh sejumlah orang. Bahkan, Kepala Staf Kepresidenan, Moeldoko saat berkunjung ke Padang Pariaman beberapa waktu lalu mendukung hal tersebut.
Menurutnya, adanya dukungan tersebut maka perubahan nama bandara itu akan lebih mudah. “Untuk itu kita meminta dukungan dan doa dari warga setempat agar pengubahan nama tersebut dapat terwujud,” terangnya.
Dipilihnya nama Bandara Internasional Syekh Burhanuddin sebagai pengganti BIM karena tokoh tersebut merupakan orang yang berperan besar dalam penyebaran Islam di Minangkabau.
“Syekh Burhanuddin dimakamkan di Kecamatan Ulakan Tapakis, Padang Pariaman dan makamnya telah menjadi cagar budaya serta sebagai objek wisata religi di daerah,” pungkasnya. (yose)