Bir Ali, Pohon Akasia Itu Sudah tak Ada

×

Bir Ali, Pohon Akasia Itu Sudah tak Ada

Bagikan berita
Foto Bir Ali, Pohon Akasia Itu Sudah tak Ada
Foto Bir Ali, Pohon Akasia Itu Sudah tak Ada

SAYA ajak pembaca sejenak kembali ke zaman Nabi: setelah berjalan 11 Km dari Medinah menuju Mekkah, dengan ontanya Nabi Muhammad sampai di sebuah lembah bernama Aqiq. Nabi berteduh di bawah pohon akasia nan rindang. Kini lokasi itu disebut Bir Ali tempat miqad jamaah calon haji yang hendak masuk Mekkah dari Medinah. Saya ada dalam rombongan itu.

Teriknya Saudi Arabia saat ini mungkin tak seterik di zaman Nabi. Beliau mungkin lelah atau kepasan atau sayang sama para sahabat lalu berhenti di lembah itu dan memilih akasia untuk tempat bersandar.Sayyidina Ali bin Abi Thalib RA., kemudian membuat sumur. Dari kata beberapa sumur itulah mucul nama Bir Ali.

Di sini ada sebuah masjid yang sudah hadir sejak lama. Rombongan 1 Kloter 1 Padang dari KBIH Nur Zikrillah berhenti di sini untuk miqad. Kami sudah berpakaian ihram dari Medinah sejak subuh buta. Suara azan Masjid Nabawi terdengar sayup, seolah mengucapkan selamat jalan.Pukul 07.00 kami bergerak dengan bus di jalan mulus jalur kanan. Di Bir Ali, pembimbing, Prof. Masnal menuntut kami membaca niat. Setelahnya menunaikan dua salah sunat: Tahayatul Masjid dan Ihram.

Pada dasarnya Bir Ali adalah contoh tempat persinggahan di padang pasir. Dari sini ihram dimulai dan Mekkah masih jauh di depan, 450 Km lagi atau sekitar 5 jam melaju di jalan bebas hambatan dengan kecematan 100 Km per jam menusuk padang pasir kuno. Tak tahu apakah doeloe Nabi melintas di jalur ini atau bukan.Pohon akasia tempat Nabi bersandar itu tak ada lagi bekas dan anak cucunya. Sumur yang dibuat Ali juga sudah tak ada. Yang tersisa sekarang hanyalah masjid nan cantik dan bersih. Masjid itu nyaris rindang oleh batang kurma.

Di dalamnya karpet tebal memanjakan telapak kaki yang sudah 'lelah' selama di Medinah. Saya shalat di saf paling depan sesuai anjuran pembimbing. Terlihat pula jemaah Indonesia lainnya, Malaysia dan China. Di depan kami jemaah sudah melaju dan di belakang akan banyak yang menyusul.Bir Ali berdiri di atas lahan lebih dari 60 ribu meter persegi. Masjidnya sendiri 34 ribu meter persegi. Arealnya keseluruhan 26.000 meter persegi.

Masjid Al-Muhrim, itu nama sebenarnya. Dikutip dari buku yang diterbitkan Al Madinah Al Munawwarah Research and Studies Center, masjid ini dibangun pertama kali pada masa kepemimpinan Umar bin Abdul Aziz di Madinah ( 87-93 H/706-712M). Terdapat sejumlah kubah panjang nan bagus dan terlihat menara spiral setinggi 64 meter.Di luar bus parkir bejejer rapat. Ada kedai kecil tempat membeli segelas tej hangat atau sepotong kue. Sekeliling terlihat bukit nan tandus namun di sini kehidupan berjalan normal dan itu sudah berabad-abad lamanya.

Saya mencoba menerka-nerka bagaimana kira-kira para kafilah yang hendak ke Mekkah meracak ontanya dari Bir Ali dan 12 hari paling cepat baru sampai.Gurun

Dari bus saya memandang kiri kanan gurun tak berpenghuni. Di sini kafilah lalu, datang dan pergi. Jauh ada rumah penduduk tipikal padang pasir. Begitu seterusnya. Syair banyak lahir dari lembah dan bukit yang senantiasa terpanggang matahari itu. Jazirah Arab merupakan hamparan padang pasir terluas di bumi dan terganas. Negeri paling kering ini, suhu paling kejam tanah berasam, tak ada sungai. Di negara semacam itulah Nabi diturunkan. Di sana kami tiba. Sudah tertidur pula di bus belum juga sampai.Labbaika Allahumma Labbaik. Labbaik La Shariika Laka Labbaik. Innal-Hamdah, Wan-Nikmatah, Laka wal Mulk, La Shariika Laka. (*)

Editor : Eriandi, S.Sos
Tag:
Bagikan

Berita Terkait
Ganefri
Terkini