Buku Prahara Corona Pandangan Para Pemimpin Redaksi

×

Buku Prahara Corona Pandangan Para Pemimpin Redaksi

Bagikan berita
Foto Buku Prahara Corona Pandangan Para Pemimpin Redaksi
Foto Buku Prahara Corona Pandangan Para Pemimpin Redaksi

Asro Kamal RokanSebanyak 23 pemimpin redaksi nasional dan wartawan senior -- yang tergabung dalam Forum Pemimpin Redaksi (Forum Pemred) -- menulis dalam sebuah buku tentang pandemi Covid-19. Judul bukunya, Prahara Corona. Mereka mencatat sejarah dengan berbagai sudut pandang masing-masing.

Saat ini, buku 400 halaman ini dalam proses cetak. Insya Allah terbit bulan ini. Dalam pengantarnya, Karni Ilyas menyebutkan, para pemimpin redaksi dan wartawan senior tentu bukan menulis laporan biasa -- tentang jumlah korban, penyebaran virus, dan usaha penanggulangannya --melainkan laporan yang dalam, analisis yang tajam, dan tentu saja ide-ide orisinal.Dari tulisan para pemred tersebut, tulis Karni Ilyas, diharapkan lahir kritik tajam tapi konstruktif atas penangangan wabah oleh pemerintah, mulai dari blundernya prediksi petinggi kesehatan pada awal pandemi sampai ke aturan-aturan yang tumpang tindih dan centang perenang antara pemerintah pusat dan daerah. "Bukankah wartawan itu pencatat sejarah, bukan pembuat sejarah," tulis wartawan senior ini dalam Kata Pengantar buku Prahara Corona.

Pandemi Covid-19 merebak di Wuhan, Tiongkok,pada akhir 2019 dan semakin masif pada Januari hingga kini. Dunia berubah cepat. Tidak ada negara yang terbebas. Ada negara yang sigap melindungi rakyatnya, ada juga yang gugup. Korban meninggal berjatuhan. Ekonomi porak-poranda. Inilah sejarah baru, yang tidak terbayangkan terjadi sebelum pada akhir 2019. Tidak diketahui juga akhirnya.Virus mematikan dan telah mengubah kebiasaan warga dunia ini, harus ditulis sebagai sejarah. Inilah yang mendorong para pemimpin redaksi dan wartawan senior menuliskannya dalam sebuah buku -- yang akan menjadi warisan generasi masa mendatang, termasuk bagaimana Indonesia menyikapinya. Buku adalah kesaksian yang dapat bertahan dalam janga sangat panjang.

Pemimpin redaksi dan wartawan senior terbiasa menulis dengan cepat, namun mengumpulkan tulisan mereka tidak mudah dalam waktu cepat. Ini dialami editor buku, Khairul Jasmi, yang mengumpulkan dan editior buku Prahara Corona ini. Bahkan, ada beberapa wartawan senior yang mengirim tulisan setelah draft buku selesai."Ketika diminta tulisan, sulitnya minta ampun. Ada-ada saja kilahnya, mungkin lagi sibuk. Saya tak hilang akal, sebab sesibuk-sibuknya pasar, anak raja harus bisa lewat. Saya desak terus dan ketika wartawan-wartawan senior itu telah menulis, tak usah dipermak lagi, sudah masak, tinggal dihidangkan saja," tulis pemimpin redaksi Harian Singgalang, Padang, itu dalam Catatan Editor.

Belum lagi soal pemilihan beberapa contoh sampul buku, yang memicu perdebatan berhari-hari dan berakhir dengan pemungutan suara melalui WAG Forum Pemred.Buku ini ditulis Ilham Bintang, Suryopratomo, Ninuk Mardiana Pambudy, Uni Lubis, Akhmad Kusaeni, Andi Suruji, Arifin Asydhad, Asro Kamal Rokan, Arif Budisusilo, Budiman Tanuredjo, Eko B. Supriyanto, Firdaus Baderi, Heddy Lugito, Hery Trianto, Irfan Junaidi, Khairul Jasmi, Nasihin Masha, Nurjaman Mochtar, Primus Dorimulu, Usman Kansong, Titin Rosmasari, Petty Fatimah, dan Apreyvita Dyah Wulansari.

Menurut Khairul Jasmi, buku ini merupakan “pandangan” Indonesia pada dirinya sendiri, karena ditulis oleh para pemimpin redaksi dan wartawan senior dari Jakarta, Padang, juga Makassar. Ini bukan soal isi semata, tetapi menjadi sumbangsih untuk masa depan.Buku yang dilengkapi tabel, grafis, dan foto ini, setelah terbit, akan diedarkan ke sejumlah toko buku, juga melalui e-book.

Jakarta, 6 Agustus 2020

Editor : Eriandi
Tag:
Bagikan

Berita Terkait
Ganefri
Terkini