Saya tiba di Melbourne, Australia, Kamis (7/9) pagi sekali. Pesawat berbadan lebar Airbus A300 milik Garuda, GA 716 yang saya tumpangi terbang pukul 9 malam dari Jakarta mendarat tepat waktu di Ibukota Victoria, Australia. Saya sudah berjanji setibanya, saya akan menulis pertama tentang Sutransyah, wartawan senior Kalimantan Tengah yang wafat Rabu malam itu.
Ketua Dewan Kehormatan Provinsi PWI Kalteng tersebut meninggal dunia di RS PKU Muhammadiyah Rabu (6/9) malam pukul 19.44. Saya membaca kabar duka itu sekitar pukul 8 malam di WhatsApp Group Dewan Kehormatan Provinsi PWI se Indonesia. Di saat menunggu boarding di lounge Garuda, Bandara Soekarno Hatta.
Sutransyah meninggal dunia saat dalam penanganan tim medis Di RS Muhammadiyah.
Seusai menunaikan Salat Maghrib di rumah hari itu, Sutransyah mendadak drop. Pingsan. Ia pun segera dilarikan ke RS, tapi hanya sekitar setengah jam kemudian, jiwa wartawan senior itu tak tertolong.
” Cepat sekali prosesnya. Saya menungguinya melihat dia sangat tenang hanya seperti tertidur saat mengembuskan nafas terakhir,” cerita Masriah, istrinya, yang saya hubungi pertelepon dari Melbourne, Jumat (8/9) siang setelah Salat Jumat di sini.
Sutransyah meninggal dunia dalam usia 58 tahun ( kelahiran Pelaihari, Kalimantan Selatan 15 Juli 1965).
Meninggalkan seorang istri, Masriah, dan tiga anak, Muhammad Raj Ulhaq (23 ) Muhammad Zaki Hidayat (19) dan
Muhammad Hakim (12).
Sutransyah memang memiliki riwayat penyakit diabetes. Diduga konflikasi dengan ginjal juga. Sutransyah sudah beberapa kali mendapat serangan mendadak pingsan karena kadar gulanya naik. Terbaru, seminggu lalu, sebelum wafat. Ia mendadak drop. Langsung dibawa ke RS untuk mendapat pertolongan. RS waktu itu membolehkan rawat jalan tapi harus kontrol dokter setiap dua hari.
// Mau pergi ke bawah //
Menurut cerita Ulhaq, panggilan akrab Masriah, Sutransyah seperti sudah punya firasat akan meninggal dunia. Dia sering menasihati ketiga anaknya untuk rajin belajar dan harus kompak bersaudara. Yang agak spesifik beberapa kali terlontar dia mengatakan mau pergi ke rumah bawah. ” Padahal, kami tidak punya rumah di bawah. Istilah rumah di bawah dulu untuk rumah orangtuanya yang sudah lama wafat,” ungkap Ulhaq.