[caption id="attachment_13250" align="alignnone" width="650"]
Kapolri Badrodin Haiti (net)[/caption]JAKARTA - Operasi penumpasan Santoso beserta kelompoknya terus dilakukan oleh aparat gabungan dalam Operasi Tinombala. Jumlah kelompok ini pun menyusut menjadi 27 orang setelah dua anggotanya menyerahkan diri karena kelaparan.
Saat rapat dengan Komisi III DPR RI, Kapolri Jenderal Pol Badrodin Haiti bercerita, dirinya kenal dengan Santoso sejak tahun 2006 saat dia bertugas di Sulawesi Utara. Saat itu kata Badrodin, Santoso belum berkiprah seperti sekarang ini.Santoso waktu itu pernah berurusan dengan polisi, namun bukan karena kasus terorisme. Dia ditangkap karena kasus pencurian.
"Kemudian saya juga kenal dengan yang bersangkutan," kata Badrodin di Gedung DPR RI, Senayan, Jakarta, Rabu (20/4).Badrodin melanjutkan, Santoso mulai aktif dalam kegiatan bersenjata pada tahun 2010 dan direkrut oleh pimpinan Jamaah Anshor Tauhid, Yasin yang sudah bebas dari jeratan hukum atas kasus yang sama.
"Lalu Santoso diangkat sebagai Pimpinan Askari, berkembang dan punya relasi besar lalu mulai masuk ke hutan," sebutnya.Kata Badrodin, alasan Santoso memilih berlindung di hutan dan gunung-gunung adalah untuk mengurangi "penciuman" aparat."Karena pada tahun 2006 aksi di darat mudah untuk ditindak, maka sekarang aksi di hutan dan gunung-gunung," lanjutnya. (aci)
