Dicari Cagub 7%

×

Dicari Cagub 7%

Bagikan berita
Foto Dicari Cagub 7%
Foto Dicari Cagub 7%

Oleh: Elfindri(Profesor Ekonomi SDM dan Direktur SDGs UNAND)

Di tengah hiruk-pikuk pencalonan Gubernur Sumatera Barat, sahabat saya Khairul Jasmi (KJ), membuka rahasia. Beliau akan memilih seorang kandidat gubernur, jika yang bersangkutan mampu mengusulkan pertumbuhan baru. Pertumbuhan ekonomi setinggi 7%, lebih 2% poin dibandingkan dengan capaian yang biasa. Jika hanya mampu mencapai 5%, ia tetap tidak akan memilih calon tersebut. KJ adalah sejarawan, kuli tinta senior dan seorang Komisaris PT Semen Padang. Dilihat dari latar profil beliau, tentulah pertumbuhan ekonomi menjadi hal yang beliau perhatikan.Keperluan akan pertumbuhan ekonomi menjadi tidak terelakkan. Pertumbuhan laju angkatan kerja muda, jelas memerlukan perluasan lapangan kerja agar terserap. Jika tidak, mereka akan tetap menganggur. Kemajuan ekonomi memang akan berdampak kepada berbagai sektor lainnya dan ujung-ujungnya adalah kesejahteraan.

Dalam paham neoklasik pertumbuhan ekonomi, selain dari peningkatan produktivitas tenaga kerja, memperbanyak penanaman modal, peranan inovasi, menjadi residual, yang terpenting dan ditunggu-tunggu. Apa dan bagaimana kandidat mulai melirik peranan dari pertumbuhan faktor produksi ini?Potensi Sumatera Barat

Daerah lain juga menginginkan hal yang sama dalam capaian laju ekonomi. Ini sangat berlaku untuk provinsi-provinsi di luar pulau Jawa. Provinsi di jawa mengalami keunggulan aglomerasi. Proyek-proyek infrastruktur pemerintah dan arus investasi lebih didominasi dan terjadi ke Jawa. Sebagai akibat pertumbuhan ekonomi Jawa bisa 6-6.5%.Sungguh sulit membujuk investor untuk masuk ke Sumatera atau Kalimantan, apalagi ke Irian, karena pertumbuhan ekonomi di sana di bawah 5%. Teori menjelaskan modal akan mengalir ke daerah dengan tingkat pengembaliannya tinggi.

Keunikan potensi di Sumatera Barat nampak di ekor mata bung KJ. Pertama adalah jumlah remittance, yang setiap tahun masuk ke Sumatera Barat. Ini berupa kiriman barang dan uang, yang sebenarnya masih bisa dioptimalkan atau diperbesar. Sumbangan remittance jelas meningkatkan potensi arus masuk modal, sebagai penggerak baru. Namun kandidat gubernur mesti pandai-pandai dalam mendekatkan diri kepada orang rantau. Jika tidak, maka kesempatan untuk memanfaatkan potensi ini hilang percuma.Ekonomi yang memanfaatkan potensi remittance ini diraih secara optimal oleh Filipina, India dan Tiongkok. Ketiga negara ini beruntung karena memiliki warga perantauan yang mau membangun kampung halaman.

Kedua adalah nilai tambah sektor pertanian dan pertambangan. Kedua sektor ini masih lemah gemulai. Belum ada tanda-tanda inovasi baru terkait hasil pertanian dan pengoptimalan nilai tambah. Ini terbukti dari peranan komoditas pertanian, karet, kelapa sawit, cokelat dan kopi yang masih berpotensi untuk meningkatkan nilai tambah. Apalagi jika kita lihat bumbu-bumbuan, kosmetika, parfum, dan bahan obat. Hampir semuanya bahan bakunya tersedia. Namun belum mendatangkan berkah. Ini sebagai akibat dari inovasi atas temuan masih belum dikerahkan menjadi inovasi.Di bidang pertambangan, telah ada pengolahan semen. Turunan industri berbahan baku semen perlu lebih dioptimalkan. Sumatera Barat kaya akan batu, pasir klinkert dan lainnya. Padahal masih banyak desa-desa yang sedang membangun infrastruktur. Usaha pemecah batu alam, sampai kepada produk ikutannya menjadi terkenal, dan berkembang di Eropa abad 17, sebagai bahan untuk pembuatan jalan poros desa. Diproduksi di desa, menggunakan anggaran desa, maka akan tercipta akumulasi aktifitas dan lapangan kerja.

Persoalan bahan tambang selama ini lebih sekedar penertiban pertambangan liar, namun belum ke arah pemanfaatan hasil tambang agar untuk manfaatnya dapat dirasakan oleh masyarakat. Karena tidak bergerak dan pemerintah juga tidak sanggup mendorong swasta, maka diklaim, orang Minang tidak bisa mendukung proses industrialisasi. Tentu tidak demikian.Ketiga pengaturan perdagangan yang membuat perdagangan domestik berkembang masih terkendala pada infrastruktur. Perdagangan antara Sumatera Barat dengan Sumatera Utara, Riau, Jambi, Bengkulu dan Sumatra Selatan masih bisa lebih dioptimalkan. Termasuk konektifitas perdagangan yang menggunakan kapal antar daerah yang nilai tambahnya masih berpotensi untuk diciptakan. Belum lagi optimalisasi ekspor Sumatera Barat ke negara-negara yang memerlukan hasil sumber daya alam yang terolah. Infrastruktur bongkar muat di pelabuhan juga menjadi persoalan tersendiri.

Keempat adalah arus manusia, baik turis lokal, nasional maupun mancanegara. Jika dihitung-hitung perkembangannya masih begitu saja. Padahal gubernur Irwan Prayitno sudah berulang-ulang ke luar negeri dengan alasan mencari investor dan memperkenalkan budaya Minang.Apa yang salah? Hal yang masih salah adalah belum matangnya persiapan dan pilihan mana yang paling layak untuk dikembangkan. Follow up usaha yang sudah dirintis menjadi masalah tersendiri.

Menggarap berbagai turis mesti dilakukan dengan sengaja dan persiapan yang matang. Memantapkan daerah tujuan wisata yang terkoneksi antar daerah atau mencari terobosan agar event-event yang diselenggarakan secara berkala lebih ditingkatkan. Di antaranya event kebudayaan, event akademik, seperti seminar internasional.Seharusnya selama lima tahun terjadi peningkatan event internasional. Misalkan Tour De Singkarak, sekarang tambahan kegiatan berskala internasional mesti ada. Seperti Tabuik, pesta adat minang, musik daerah, karnaval budaya, lomba kuliner, event pacuan kuda internasional, festival Mendaki Gunung, Lomba Tatoo tradisional di Mentawai, misalnya.

Inovasi-inovasi ini memungkinkan agar frekuensi event lokal menjadi nasional. Kemudian diangkat menjadi internasional. Dengan cara ini bisa membuat arus pendatang akan semakin banyak ke Sumatera Barat. Hotel-hotel akan terisi, frekuensi penerbangan akan padat, makanan-makanan akan terjual.Di sisi turisme, jelas potensi Tiongkok dan Malaysia, cukup besar. Memperkenalkan informasi budaya langsung ke negara asing, bukanlah langkah yang tepat. Memperkaya informasi dari daerah sendiri yang mudah diakses menjadi langkah yang lebih baik. Tak hanya itu, pemasaran juga perlu diperkuat. Membuka arus penerbangan Tiongkok ke Sumatera Barat, atau dari Semenanjung Malaysia ke Sumatera Barat juga sangat memungkinkan.

Editor : Eriandi, S.Sos
Tag:
Bagikan

Berita Terkait
Ganefri
Terkini