BATUSANGKAR - Suasana duka menyelimuti komplek Perumnas Dobok Limo Kaum, kediaman almarhum Kapten Riri Setiawan, navigator (co pilot) pesawat Hercules C-130 yang jatuh di Medan.Sepanjang petang hingga malam, Selasa (30/6) rumah yang berada paling ujung dari komplek tak hentinya didatangi karib, kerabat, dan handai tolan untuk menyampaikan ucapan dukanya, juga berdatangan bunga duka.
Orang tua dan keluarga korban yang menerima kabar wafatnya Riri Setiawan dan menyaksikan berita memilukan itu melalui televisi.Adik korban, Rahmad Ferezi bersama Reza Rafid Saputra menyebut setelah menerima kabar duka itu, kedua orang tuanya Jasrul dan Desmarni menuju ke Lannud Tabing, Padang. Keduanya menunggu kepulangan jenazah dari Medan.
“Kami seakan tak percaya adanya musibah yang mengerikan itu dialami Ririn, semua menanggis dan bersedih mendengar dan menyaksikan berita di televisi,” ungkap Rahmad yang baru datang dari Malang dan juga sudah menyelesaikan pendidikan di SMK Penerbangan Malang.Ia menyebut, abangnya merupakan sosok pribadi yang disenangi kawan-kawannya. Punya banyak kawan dan ramah. Dia sekolah di SD O8 Kampung Baru kemudian SMP 1 Batusangkar dan SMA 1 Batusangkar.
Hingga kuliah di UGM Yogya dan mengikuti tes Akabri dan lulus pada 2006, baru setahun ini ia berhasil meraih perwira. Kemudian memperistri Mega Senja yang tinggal di Nagari Gurun hingga memiliki anak Afiza Nalia Rafiza (4).Rahmad mengetahui, abangnya sebagai navigator, melaksanakan misi penerbangan yan panjang bersama kru lainnya, yang dimulai dari Malang, Yogyakarta, Pekanbaru, Tanjung Jabung, Medan kemudian kembali Ke Tanjung Jabung untuk misi kedinasan.Sebagai adik, ia tak punya firasat apa-apa tentang kepergian Ririn, hanya saja ayahnya pernah menyampaikan mimpi banyak orang berdatangan ke rumahnya. (yusnaldi)
Editor : Eriandi