[caption id="attachment_11719" align="alignnone" width="650"]
Ilustrasi (antara foto)[/caption]JAKARTA - Bank Indonesia (BI) memprediksi nilai tukar Rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) ke depannya bisa terus menguat. Optimisme tersebut bukannya tanpa alasan.
Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan, penguatan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat bisa menguat sebab indikator perekonomian dalam negeri menunjukan tanda-tanda yang cukup positif. Sebagai salah satu contohnya adalah terjadi deflasi pada bulan Agustus 2018.Seperti diketahui, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatatkan pada Agustus 2/18 mengalami deflasi sebesar 0,05% (month to month/MTM). Realisasi ini berbeda dibandingkan pada bulan Juli 2018 ya g mengalami inflasi sebesar 3,20% (yoy)
"Tentu saja kalau kita lihat pergerakan inflasi kita yang sangat rendah kan malah deflasi ya," ujarnya di Komplek Bank Indonesia, Jakarta, Jumat (7/9).Selain itu lanjut Perry, pertumbuhan ekonomi Indonesia juga dinilai baik. Pada kuartal II-2018 saja, pertumbuhan ekonomi Indonesia mencapai 5,27% lebih tinggi di bandingkan kuartal I-2018 yang hanya 5,06%.
Belum lagi, kinerja perbankan juga terus meningkat dalam beberapa bulan belakangan. Hal tersebut terlihat dari meningkatnya kredit perbankan di atas 10%."Pertumbuhan ekonomi yang cukup bagus, perbankan yang kuat, kredit juga sudah lebih dari 10% bahkan kecenderungannya naik terus," jelasnya kepada okezone.Apalagi menurutnya, defisit transaksi berjalan diprediksi akan berkurang. Hal tersebut tidak terlepas dari upaya upaya yang dilakukan pemerintah melalui PPh impor hingga penerapan B20."Apalagi juga dengan langkah langkah penurunan defisit current account itu tentu saja masih ada ruang untuk Rupiah lebih baik lagi ke depan. Konteksnya seperti itu," jelasnya. (aci)
