Gunung Fuji, Salju di Atas Awan

×

Gunung Fuji, Salju di Atas Awan

Bagikan berita
Foto Gunung Fuji, Salju di Atas Awan
Foto Gunung Fuji, Salju di Atas Awan

[caption id="attachment_75931" align="alignnone" width="654"] Wisatawan tengah menikmati Desa Okasino Hakkai. (*)[/caption]Laporan  Khairul Jasmi dari Jepang

Salju turun di Oshino Hakkai, desa molek di kaki Gunung Fuji. Tubuh tropis saya menggigil meski dibungkus 3 lapis baju hangat. Pesona kampung ini luar biasa, apalagi ada jagung rebus berasap seharga 500 yen atau Rp65 ribu.Pada awalnya saat pagi bulat sempurna, Tokyo telah bangun. Saya Shalat Subuh, bergegas turun. Ternyata saya orang kedua yang sampai di ruangan sarapan pagi. Masih terkunci. Di depan saya ada bule, tinggi besar.

Hari ini, Rabu (16/1) suhu 6 derajat Celcius, saya hendak ke Gotemba, kota kecil di timur Fuji, gunung di kartu pos itu. Bergerak sekitar dua jam ke arah barat, ke daerah makmur di kaki gunung setinggi 3.776 meter itu. Sepanjang jalan terlihat rumah penduduk dan gedung-gedung yang bertingkat. Di negeri komik Naruto ini, jalan mulus memang mulus, tak ada gelombang, sehingga nyaman di kendaraan. Dan di jalan, menjelang Gotemba saya melihat puncak Fuji, dibalut salju, bagai gypsum di atas kapal. Lalu lenyap.Saya sampai di lokasi belanja para turis di Gotemba. Konsepnya sama dengan di Eropa dan Amerika, sebuah kawasan dengan deretan outlet. Di sini barang yang dijual merek-merek terkenal. Ya sudahlah.  Sementara suhu melorot ke 5 derajat terus 4 dan akhirnya 2 derajat. Saya masul toko keluar toko melihat-lihat sembari menghangatkan badan.

Tak lama saya meluncur ke Oshino Hakkai, obyek wisata andalan Jepang. Ada apa di desa ini? Tobek, yang disebut danau. Ada sekitar empat buah, airnya jernih dan ok.Ikannya jinak. Ada beberapa kincir air, dengan saluran irigasi yang lancar dan deras. Inilah air dari Gunung Fuji yang puncak sampai ke pipinya diselimuti salju.

Pengunjung ramai, entah darimana. Susah saya membedakan bangsa-bangsa Asia Timur, serupa saja semua. Mungkin masih dari Jepang atau Korea. Sekelompok orang berpose dengan spanduk jalan-jalannya, tak bisa saya baca, karena abjadnya saya tak tahu.Jumlah pengunjung dipastikan lebih banyak dari warga setempat. Mereka datang silih berganti. Semua berjaket tebal. Wisatawan disambut dengan petunjuk jalan yang jelas, tempat parkir yang luas dan tanpa bayar. Toilet yang modern, bersih dan tanpa bayar. Harga-harga yang jelas dan semua bersih.

Salju turunSedang berusaha melawan dingin 2 derajat, suhu drop lagi. Salju pun turun, bagai tepung dibawa angin. Halus. Dingin sekali, tangan saya mulai kaku dan sarung tangan sangat membantu.

Salju di kaki Fuji bagi saya hal istimewa, entah kalau bagi orang lain. Anak saya yang fotografer, riang sekali karena menemukan spot-spot foto yang rancak.Dicoba pula menikmati salju sembari melihat toko oleh-oleh. Tak ada jalan dibelok-belokan ke toko-toko souvenir seperti di Borobudur. Tak ada imbau-imbau. Saya hanya membeli satu jagung rebus saat datang dan ketika kembali, ibu penjual jagung itu sudah membereskan kedainya. Ludes.

Oshino Hakkai, desa berjalan mulus itu, saya tinggalkan. Niat hati hendak mendaki ke titik paling bisa di Gunung Fuji, tapi jalan ke sana sudah diportal. "Salju turun, mobil dilarang naik," kata petugas.Okelah kalau mantun. Balik kanan dan saya meluncur ke hotel Tominoko di tepi Danau Kawaguchiko. Di sini lebih dingin lagi  saya dibuatnya. Diberi kamar nan lega menghadap ke danau, seperti Maninjau, indah kala malam. Danau yang panjang pantainya sekitar 20 Km, merupakan obyek wisata andalan di sini.

Terletak di Prefektur Yamanashi dan menjari bagian dari Taman Nasional Fuji-Hakone-izu.Kawaguchiko merupakan satu dari 5 danau di kaki Fuji dan teramai pula. Maka dari jendela kaca di kamar hotel ini, saya menyaksikan danau nan hening.

Di kamar ini  saya setel AC ke suhu hangat, badan yang tadi ringkih dalam gigil, kini mulai berasa. Saya ambil teko dan pergi ke gang antar kamar untuk mengambil es batu. Setelahnya saya habiskan dua gelas es kosong. Lawanlah dingin dengan dingin, walau begitu kopi dilupakan jangan.(***)

Editor : Eriandi, S.Sos
Tag:
Bagikan

Berita Terkait
Ganefri
Terkini