SARILAMAK – Harga jagung kering untuk pakan ternak, mendadak meroket. Tidak tanggung-tanggung, dalam tempo waktu sebulan, nilai pasarnya naik dari Rp3.600 per kilogram, menjadi Rp5.200 per kilogram. Ribuan peternak tapakiak.
“Harga jagung sudah gila-gilaan. Awalnya, beberapa pekan lalu, dari Rp3.600 naik menjadi Rp4.700. Hari ini, sudah Rp5.200 per kilogram,” aku Khazanatul Israr Dt Gindo Pangulu Nan Babudi, ketua Persatuan Peternak Unggas Indonesia (PPUI) untuk Sumbar.
Khazanatul yang dihubungi Singgalang Jumat (13/11) tadi malam menyebut, kenaikan harga jagung kering sudah tidak logis. “Kami (PPUI) dan Asosiasi Peternak Ayam Petelur Sumbar (APAPS) masih menyusun rencana untuk berdemonstrasi ke kantor gubernur dan DPRD Sumbar,” sebutnya.
Di Sumatera Barat, pusat peternakan unggas terbesar terletak di Payakumbuh dan Limapuluh Kota. Di kedua daerah ini, menurut pengusaha peternakan ayam Haji Desra, pelaku usaha sudah kelimpungan. “Pemerintah justru terindikasi acuh,” sesalnya.
Saking banyaknya pelaku usaha unggas di Payakumbuh dan Limapuluh Kota, dalam sehari peternak yang memiliki ayam petelur sekitar 6 juta ekor, membutuhkan 300 ton jagung. Jika saat ini, harga jagung berkisar antara Rp.5000 sampai Rp5.200, maka uang yang dikeluarkan peternak untuk urusan jagung, mencapai Rp1,5 miliar.
“Persoalan mahalnya harga jagung yang dihadapi peternak, merupakan wujud nyata, betapa persoalan peternakan ayam dari hulu hingga ke hilir, belum diurus pemerintah dengan serius,” tegas pengusaha yang disegani di Luak Limopuluah itu.
Akibatnya menurut desra, persoalan jagung kering yang mahal, terjadi berulang-ulang setiap tahun, tanpa ada intervensi nyata dari pemerintah untuk mengendalikannya. “Jika Pemda tidak mampu mengendalikan harga jagung, harusnya petani didorong membudidayakan jagung,” sambungnya.(bayu)
