Hari Raya Hahai…

×

Hari Raya Hahai…

Bagikan berita
Foto Hari Raya Hahai…
Foto Hari Raya Hahai…

Khairul JasmiHari raya hahai, pulang juga kita tak peduli tiket semahal gaban. Sudah dua tahun dikurung wabah. Sekarang tak dapat tidak, mudik. Sudah lupa-lupa ingat kita, apa beda mudik dan pulang kampung

Yang pasti, hari raya adalah momen ratusan juta orang pulang kampung. Itu artinya, dada tradisi merantau di seluruh penjuru Tanah Air. Artinya lagi, hidup di kampung tak memungkinkan. Artinya lagi, kerinduan pada kampung halaman, tak bisa dibendung, apalagi pada orang tua masakan ibu serta suasana masa kecil. Bau tanah di belakang rumah, juga. Artinya Anda mengenal Ramadhan dan berpuasa. Arti berikutnya, Anda masih hidup.Tak ada Idul Fitri, hari raya, lebaran tanpa puasa Ramadhan. Tak ada puasa Ramadhan tanpa Islam. Kita adalah umat Islam, sedangkal apapun amalan dan iman, kita pewaris dan mesti menjaganya. Artinya, menurut saya, hari raya adalah sumbangan paling hebat untuk pembangunan semua hal yang menyangkut kehidupan bermasyarakat, berkeluarga. Peradaban. Artinya? Semua pergerakan selama lebaran atau sebelumnya perlu gerakan bersama dan uang. Uang didapat dengan bekerja. Artinya, Islam menyuruh kita bekerja.

Kalau sudah bekerja dan ada uang, berbondonglah orang pulang kampung. Dompet Dhuafa sekitar 10 tahun silam pernah mengadakan survei, biaya mudik lebaran Rp100 triliun, terbanyak untuk ongkos dan tindakan sosial, memberi siapa saja, termasuk orang tua. Baru untuk keperluan orang yang pulang kampung itu. Artinya, hari raya menggerakan ekonomi. Artinya, sehari saja Islam menggerakan ekonomi, 10 tahun lalu itu, Rp100 triliun? Sekarang? Pasti lebih.Dari segi amalan, sering terdengar,hanya orang yang berpuasa yang berhak berhari raya. Tidak juga. Hari raya untuk siapa saja asal ia Islam, bahkan negeri ini libur. Libur dinikmati juga oleh semua rakyat yang non Islam juga. Tokoh dia libur. Lalu, jika hari raya berbaju baru wajarkah? Sangat wajar, yang tak wajar, ada umat Islam yang tak mampu membeli baju baju untuk dia atau anaknya. Di sanalah bermanfaat apa yang disebut zakat. Membeli pakaian saat lebaran adalah ladang pemasukan bagi pedagang. Tak perlu diniatkan benar, rakyat secara bersama-sama membantu pedagang yang menjual pakaian di toko atau di tepi jalan. Sebagian, dengan uang jual beli itulah ia kemudian pulang kampung.

“Jangan bermewah-mewahan saat lebaran.” Sering juga terdengar. Yang bermewah-mewahan siapa juga? Kita-kita ini, tidaklah. Yang mewah, tak lebaran pun, bermewahan juga. Pediar sajalah. Menurut saya konteksnya bukan ke sana, melainkan bagaimana hari raya ini telah memberikan kontribusi hebat dalam pembentukan peradaban di Indonesia.Salah satu yang kita lupa adalah kuliner. Semua rumah memasak dengan keahlian masing-masing. Masak apa saja. Bagi Minangkabau, ia sumbangkan ke seluruh kota di Indonesia dengan rumah makannya, disebut Rumah Makan Padang. Tiap rumah tampil paripurna. Indah, harum dan penuh senyum. Ini artinya, ajaran Islam tentang keindahan dan adab telah dilaksanakan, walau hanya pada lebaran itu saja, jadi jugalah daripada tidak.

Zakat Fitrah, adalah kesadaraan kehambaan yang paling murni. Hanya segitu. Tapi, rujukannya pada makanan pokok. Artinya, sepanjang tahun berlalu, kita makan sesuai kemampuan. Dari siapa makanan pokok itu datangnya? Dari bumi di mana kita hidup. Siapa punya? Allah. Sepiring nasi di atas piring, melalui proses yang panjang dan melibatkan banyak orang, baru bisa Anda suap. Jadi tidak serta merta datang begitu saja. Kita memerlukan orang lain, sehebat apapun seseorang.Lebaran macet di Sumbar. Artinya, ada yang tidak beres dan ada yang terus bertambah. Yang bertambah selain penduduk dan perantau pulang juga kendaraan. Artinya, walau kita berjauhan, walau macet, gembira jalan terus. Hati yang riang adalah obat. Kalau bisa mobil ngeong-ngeong pejabat tak usahlah muncul hari raya ini.

Hari raya adalah hadiah Islam pada bangsa ini, karena itu kalau ilmu tak sampai, janganlah menjual-jual Islam, atau menyalah-nyalahkan pemeluknya. Anda akan kualat. Selamat berlebaran maaf lahir dan batin. (*) 

Editor : Eriandi
Tag:
Bagikan

Berita Terkait
Ganefri
Terkini