Hidup Sesuai Keadaan

×

Hidup Sesuai Keadaan

Bagikan berita
Foto Hidup Sesuai Keadaan
Foto Hidup Sesuai Keadaan

Khairul JasmiWabah corona bagai bola salju menggelinding di Indonesia sejak 2 Maret dengan dua korban, lalu kini, jumlah yang positif sudah menggunung. Manusia jadi angka-angka, jadi statistik. Bisu. Mengerikan.

Dunia tersungkur oleh wabah Wuhan ini. Negara manapun di dunia tidak akan mampu membiayai warganya berbulan-bulan, apalagi tahunan. Itulah sebabnya kemudian, pemerintah menerapkan new normal.New Normal adalah bahasa Inggris yang menyalahi Perpres No 63 Tahun 2009 tentang Penggunaan Bahasa Indonesia. Hampir semua istilah dalam musim wabah corona ini, mengabaikan Perpres itu. Oleh sebab itu istilah yang tepat sepertinya, "Hidup Sesuai Keadaan, (HSK)" yang dikampanyekan oleh Dr Emeraldy Catra dari Universitas Andalas. Dalam istilah Minang, mungkin agak teoat juga, "sakali aie gadang, sakali tapian barubah."

HSK, adalah hidup yang normal dalam keadaan yang berbeda sama-sekali dengan masa sebelum corona. Pakai masker, jaga jarak, jangan berkerumun. Pemerintah meminta hindari kerumunan, itu artinya ada kerumuman dan kita harus menjauh dari sana. Yang benar, hindari berkerumun.Dalam masa HSK ekonomi dan kehidupan sosial harus berjalan kembali. Jika tidak, kita individu per individu dan bangsa sebagai rumah besar akan lumpuh. Apapun harus dihadapi, dengan caranya. Caranya itu tadi, selalu pakai masker, cuci tangan dan jaga jarak. Jika kembali ke rumah, cuci semua pakaian yang lekat di badan, mandi lalu ganti dengan pakaian baru. Terbalik dari zaman sebelumnya, mandi sebelum pergi, gunakan pakaian bersih lalu berangkat kerja.

Tuhan memberi kesempatan pada manusia untuk membenahi hal-hal salah, termasuk tingkah laku, dosa dan perbuatan merusak alam. Ini adalah pelajaran untuk semua umat manusia yang congkak.Kita harus kembai ke rumah masing-masing, saling menjaga satu sama lain. Membangun kesadaran akan kesehatan, agar anggota keluarga, agar bisa beraktivitas normal kembai, bisa beribadah sebagaimana sediakala. Kesadaran dalam rumah tangga itulah yang dibawa ke ruang publik, dengan demikian, masalah kewaspadaan akan wabah corona bisa diatasi.

Jika selalu saja menghadapkan anak panah pada pemerintah, lantas kapan kita bisa membangun kesadaran secara domestik di rumah sendiri? Ini persoalan bersama, makanya harus ditarik ke atas rumah. Tiap rumah dalam satu RT, RW dan kelurahan jika membangun kesadaran itu tanpa paksaan, Insya Allah, masyarakat akan terhindar dari wabah corona.Sepanjang masalah ini selalu saja dihadapkan pada pemerintah, selama itu pula akan muncul rasa jengkel dan pada gilirannya mengabaikan protokol kesehatan. Padahal yang harus sehat adalah individu manusia, kita-kita ini.

Mari kita sambut HSN, semoga keadaan kembali membaik. (*)

Editor : Eriandi
Tag:
Bagikan

Berita Terkait
Ganefri
Terkini