IASMA 1 Landbouw Bangun Masjid di Palangkitangan

×

IASMA 1 Landbouw Bangun Masjid di Palangkitangan

Bagikan berita
Foto IASMA 1 Landbouw Bangun Masjid di Palangkitangan
Foto IASMA 1 Landbouw Bangun Masjid di Palangkitangan

[caption id="attachment_59106" align="alignnone" width="650"]IASMA 1 Landbouw  bangun masjid untuk masyarakat. (*) IASMA 1 Landbouw bangun masjid untuk masyarakat. (*)[/caption]BUKITTINGGI - Ikatan Alumni SMA (IASMA) 1 Bukittinggi melalui Koncoarek88 membangun sebuah masjid di Jorong Pembantu Palangkitangan, Kampung Melayu, Gunuang Omeh, Koto Tinggi, Kabupaten Limapuluh Kota.

“Pembangunannya sudah 60 persen sejak peletakan batu pertama pada 2 Oktober 2016 lalu. Insya Allah enam bulan ke depan sudah tuntas untuk tahap satu,” kata Humas Tim Peduli Kemanusiaan (TPK) IASMA 1 Bukittinggi atau IASMA 1 Landbouw, Awie Primadewi kepada Singgalang, Kamis (12/10).Pembangunan masjid itu menurutnya sepenuhnya dibiayai dari wakaf alumni SMA yang dulu dikenal SMA 1 Landbouw itu.

“Rencana anggaran biaya tahap satu pembangunan masjid ini Rp851 juta. Alhamdullilah, sekarang sudah terkumpul dana Rp747.780.885,” terangnya.Awie membeberkan, pembangunan masjid di desa terpencil berjarak 57 Km dari Bukittinggi tersebut tidak pernah direncanakan IASMA Bukittinggi, apalagi alumni yang tergabung dalam Koncoarek 88, yaitu gabungan alumni angkatan 1988.

Itu semua berawal dari saat Tim Peduli Kemanusiaan IASMA yang melakukan survei ke seluruh pelosok negeri untuk membagikan sapi kurban ke daerah-daerah terpencil yang membutuhkan.“Palangkitangan ini adalah daerah prioritas ketiga dari urutan yang paling membutuhkan dari hasil survei kurban Tim Peduli Kemanusiaan IASMA 2015,” jelasnya.

Ketika menjadi saksi pemotongan hewan kurban, IASMA Koncoarek88 menyaksikan tingginya antusiasme masyarakat melaksanakan kurban. “Di sana, anak-anak usia 5-12 tahun di sana belum disunat,” sebut Alwi.Berdasarkan kesepakatan bersama, IASMA Koncoarek88 melaksanakan sunatan massal untuk 49 anak. “Nah, waktu sunatan massal inilah kami tahu, kalau di sana tidak ada masjid. Tim pelaksana sunatan massal hanya bisa shalat di ruang kelas,” tutur Awie, alumni 1989 yang selalu aktif di IASMA.

Dari sana pula lanjutnya, tim mengetahui masyarakat setempat ingin mendengar azan di daerah mereka. “Mereka membutuhkan masjid,” ujarnya.Dari penelusuran tim pula diketahui, untuk Shalat Jumat, kaum laki-laki di desa dengan penduduk 84 KK atau 320 jiwa itu, terpaksa shalat ke desa tetangga yang berjarak 10 Km dari kampung mereka.

Berhubung hal ini adalah pembangunan masjid, maka ketua pelaksana lanjut Awie, membuka luas kepanitiaan tanpa membatasi hanya bagi IASMA Angkatan 88 saja.Selangkah lagi, IASMA Koncoarek88 dan angkatan lain di bawah bendera IASMA Pusat dengan bimbingan seniornya, di antaranya Mazni Harun dan Angkasa Dipua akan segera mewujudkan asa masyarakat Palangkitangan memiliki masjid.

Bahkan, masjid dua lantai ini merupakan masjid dengan bangunan yang representatif, megah dan indah. Saat ini, sudah dipakai untuk shalat lima waktu. Pada Ramadhan lalu, juga sudah digunakan untuk Shalat Tarawih dan Shalat Idul Fitri dan Idul Adha. (yuni)

Editor : Eriandi
Tag:
Bagikan

Berita Terkait
Ganefri
Terkini