IN MEMORIAM H. BOY LESTARI DT PALINDIH; Pembawa Kayu Bakar Itu Telah Pergi

×

IN MEMORIAM H. BOY LESTARI DT PALINDIH; Pembawa Kayu Bakar Itu Telah Pergi

Bagikan berita
Foto IN MEMORIAM H. BOY LESTARI DT PALINDIH; Pembawa Kayu Bakar Itu Telah Pergi
Foto IN MEMORIAM H. BOY LESTARI DT PALINDIH; Pembawa Kayu Bakar Itu Telah Pergi

Oleh Sheiful YazanSuatu pagi subuh awal tahun 1966, di kampung kecil Kapecong, Tilatang Kamang, 15 kilometer sebelah utara Bukittinggi, seorang anak kecil usia 7-8 tahun, memikul seikat kayu kering, berjalan tertatih menuju pasar kecil Pakan Sinayan. Kayu itu harus segera sampai di sebuah lepau, sebelum matahari terbit, karena akan dipakai untuk memasak. Setengah berlari dia mengantar kayu bakar itu. Dia berjalan terburu-buru, karena harus kembali ke rumah untuk mengantar ibunya yang lumpuh menyambut sinar matahari pertama. Kapecong-Pakan Sinayan, hampir empat kilometer. Maka pulangnya dia harus berlari.

Ritual itu adalah kesehariannya, sebelum pergi sekolah. Maka sangat seringlah dia terlambat. Keadaan itulah yang kemudian menjadi salah satu alasannya tidak melanjutkan pendidikan. Anak kecil itu menghabiskan paginya memandikan, merawat, dan menemani ibunya berjemur.  “Ndak takaja pai sikola lai. Dek acok bana talaik, baranti lai,” begitu suatu kali dia bercerita.Setelah ibunya wafat, anak kecil itu pergi merantau ke Bukittinggi. Segala kerja dilakukannya di berbagai sudut kota. “Sarupo lagu Elly Kasim, kok manggaleh jo mancatuik alah den cubo,” kisahnya. Dia sering mencatut, membeli dan menjual karcis di bioskop Sovia, setiap sore dan malam hari. 

Pergaulan dengan berbagai jenis manusia di Bukittinggi membawanya masuk dunia preman. Dia pernah menjadi foto model, karena postur tubuh dan wajahnya yang memang sangat fotogenik, tampan, kulit terang, tinggi semampai. Dia pernah jadi petinju. Maka ujungnya, dia  menjadi preman. Dia pernah bergaul dengan Johny Indo, dan menjelajahi dunia preman Padang-Medan-Jakarta, semacam debt-collector. “Preman bukan penjahat,” katanya dalam wawancara dengan sebuah media. Masa kecil ketika harus pontang-panting merawat ibunya yang lumpuh, sekaligus harus mencari sesuap nasi, kemudian berbagai kepahitan hidup merantau di usia belia, menempa dia menjadi seorang Boy Lestari, nama populernya ketika menjadi foto model, yang dipertahankannya sampai meraih berbagai prestasi dan pengakuan. Tidak ada kata lain yang pantas untuk mantan preman ini, kecuali: Menakjubkan! 

Syekh Shahibul Fadillah H Boy Lestari Datuk Palindih, dengan segerobak jabatan di berbagai organisasi.  Pengusaha, Ketua Pemuda Tarbiyah sampai Ketua Persatuan Tarbiyah Islamiyah, Ketua Majlis Zikir Babussalam, salah satu Pengurus MUI Sumbar, sampai jabatan terakhir Ketua Gebu Minang Sumatera Barat. Orang menyapanya Buya, Pak Haji, Haji Boy. Kawannya sering menyapanya Pak Datuak, atau ”Inyiak”, sapaan untuk seorang Datuk di sekitar Bukittinggi. Penampilannya selalu rapi dengan jas atau jubah putih, kacamata, dan peci hitam atau sorban putih. Dia seorang yang sangat rapih dan fotogenik dengan seulas senyum cerah dalam  tiap penampilannya.

Kemampuannya bergaul dengan berbagai kalangan, dengan presiden sekalipun, sulit tertandingi. Dia bisa akrab dengan semua petinggi tingkat provinsi sampai para menteri kabinet. Para menteri, para senator, Kapolri, Kapolda, Pangdam, gubernur, apapun jabatan publik yang bersentuhan dengan masyarakat Sumatera Barat, akan menjadi sahabatnya, dan suatu saat tentu akan terpajang di baliho seantero kota. Dia cerdas menggalas, karena dia pengusaha advertising yang setiap saat bisa membuat dan memasang baliho dimana-mana.Tidak hanya dengan para petinggi, Boy Lestari, otodidak tulen ini punya sahabat para profesor, para doktor, para intelektual  yang sering dijamunya, berdiskusi dan ngobrol berbagai hal, di kantornya yang sejuk, PT Buana Lestari, di Ulak Karang Padang, atau di hotel dan suraunya dekat Bandara Internasional Minangkabau, BIM.  Dia siap berdiskusi tentang berbagai hal, politik, ekonomi, sampai tafsir Alquran dan Hadist Nabi. 

Kalau sesekali Anda beruntung sama sarapan pagi dengannya di beberapa tempat, lapau di seputar kota Padang, tak perlu segan menyapanya. Dia hangat kepada siapapun.  Kalau sepuluh duapuluh piring lontong pengunjung lapau dibayarkannya, termasuk Anda, tidak perlu heran. Dia memang begitu. Dia pemurah, dan uangnya tidak berseri. Dia salah satu pengusaha sukses kota ini.Anak kecil pembawa kayu bakar, yang kemudian menjadi foto model, petinju, lalu jadi preman, peran yang tidak segan diceritakannya, lalu bermetamorfosa menjadi salah satu tokoh Minangkabau, telah menuntaskan perjalanannya. Dia telah pulang ke kampung sejatinya. 

Innalillahi wa inna ilaihi rajiun Selamat jalan,  salah satu otodidak Minangkabau, H Boy Lestari Dt Palindih. (*)

Editor : Eriandi
Tag:
Bagikan

Berita Terkait
Ganefri
Terkini