Inalum, Pabrik Apa Itu Kawan?

×

Inalum, Pabrik Apa Itu Kawan?

Bagikan berita
Foto Inalum, Pabrik Apa Itu Kawan?
Foto Inalum, Pabrik Apa Itu Kawan?

BAGAIMANA  membuat aluminium? Jawabnya ada di Sumatera Utara. Di sana satu tungku pembuat biang aluminium menyedot listrik setara kebutuhan 16 ribu unit rumah. Tungkunya berapa? Berderat bak tentara berbaris. Ratusan."Seperti pisang goreng pagi hari, masih di kuali sudah ditunggu pembeli, " kata karyawan di pabrik aluminium itu, Jumat (8/12). Itulah PT Indonesia Asahan Aluminium (Inalum) di Kuala Tanjung, Batu Bara, Sumatera Utara.

"Jadi Inalum itu pabrik alumanium, kawan, catat ya," kelakar rekan wartawan."Jangan dekati, suhunya masih 400 derajat," kata petugas lain ketika ditanya potongan-potongan aluminium yang disusun. Padahal itu sudah disebut dingin. Ketika rombongan diajak melihat tungku maka arloji non digital, dompet, cincin besi copot dulu. Kenapa dompet? Karena di dalamnya ada kartu ATM akan rusak dibuatnya seperti juga arloji secanggih apapun.

Di tempat dompet harus ditinggal ini, bahan baku aluminium bernama anoda dibakar selama 20 hari. Proses itu akan menghasilkan aluminium cair yang kemudian diangkut menggunakan metal taping car ke pabrik pencetakan. Lalu dipisah aluminium kotor dan dicetak. Satu ton terdiri dari 44 batang atau satu batang 22, 7 kg.Hasil produksi itulah yang dijual di dalam negeri dan tak cukup-cukup. Untuk apa saja? Mulai dari panci, HP, berbagai komponen kendaraan sampai keperluan pesawat.

Tonggak besi aluminiumInalum adalah tonggak besi pabrik aluminium Indonesia. Tak pernah berkarat dan tak hendak akan dibawa kemana. Tetap di sana dengan senandung dari Sigura-Gura.

Pada zaman lampau, Belanda gagal memanfaatkan potensi Batang Asahan untuk dijadikan listrik. Indonesia merdeka dan berusaha untuk mewujudkannya.Laman web Inalum mencatat, tekad ini semakin kuat ketika 1972 pemerintah menerima laporan dari Nippon Koei, sebuah perusahaan konsultan Jepang tentang studi kelaikan proyek PLTA dan aluminium Asahan. Laporan tersebut menyatakan, PLTA layak untuk dibangun dengan sebuah peleburan aluminium sebagai pemakai utama dari listrik yang dihasilkannya.

Pada 7 Juli 1975 di Tokyo, setelah melalui perundingan yang panjang dan dengan bantuan ekonomi dari pemerintah Jepang, pemerintah Indonesia dan 12 perusahaan penanam modal Jepang menandatangani perjanjian induk untuk PLTA. Perjanjian juga untuk pabrik peleburan aluminium. Inilah yang kemudian dikenal dengan sebutan Proyek Asahan.Kedua belas Perusahaan Penanam Modal Jepang tersebut, Sumitomo Chemical Company Ltd., Sumitomo Shoji Kaisha Ltd., Nippon Light Metal Company Ltd., C Itoh & Co., Ltd., Nissho Iwai Co., Ltd., Nichimen Co., Ltd., Showa Denko K.K., Marubeni Corporation, Mitsubishi Chemical Industries Ltd., Mitsubishi Corporation, Mitsui Aluminium Co., Ltd., dan Mitsui & Co., Ltd. Lalu lahirlah Nippon Asahan aluminium Co, Ltd (NAA) yang berkedudukan di Tokyo pada 25 Nopember 1975.

Pada 6 Januari 1976, PT Indonesia Asahan Aluminium (Inalum), sebuah perusahaan patungan antara pemerintah Indonesia dan didirikan di Jakarta. Inalum adalah perusahaan yang membangun dan mengoperasikan proyek Asahan, sesuai dengan perjanjian induk. Perbandingan saham antara pemerintah Indonesia dengan Nippon Asahan Aluminium Co., Ltd, pada saat perusahaan didirikan 10% dengan 90%. Pada Oktober 1978 perbandingan tersebut menjadi 25% dengan 75% dan sejak Juni 1987 menjadi 41,13% dengan 58,87%. Sejak 10 Februari 1998 menjadi 41,12% dengan 58,88%Keadaan kian membaik dan secara de facto, perubahan status Inalum dari PMA menjadi BUMN terjadi pada 1 November 2013 sesuai dengan kesepakatan yang tertuang dalam Perjanjian Induk. Pemutusan kontrak antara Pemerintah Indonesia dengan Konsorsium Perusahaan asal Jepang berlangsung pada 9 Desember 2013, dan secara de jure Inalum resmi menjadi BUMN pada 19 Desember 2013 setelah Pemerintah Indonesia mengambil alih saham yang dimiliki pihak konsorsium. Perseroan ini resmi menjadi BUMN ke-141 pada 21 April 2014 sesuai dengan Peraturan Pemerintah No. 26 Tahun 2014.

Sejarah bangsa berjalan tidak pada kakinya, tapi dengan kaki anak bangsa. Begitulah para 2104 perusahaan ini jadi BUMN terpaut 30 tahun ke belakang tepatnya 6 November 1984 tatkala diresmikan Presiden Soeharto."Mengawali pidatonya, Presiden Soeharto mengatakan perasaan bahagianya dengan menyaksikan rampungnya pembangunan proyek Asahan. Kata Kepala Negara, proyek ini merupakan terbesar yang dapat dibangun dan dimiliki tanah air sampai saat ini." (Harian Merdeka 7 November 1984).

Sekali lagi "sejarah andaikata" jadi kenyataan: Holding BUMN Tambang telah resmi terbentuk, PT Timah, Aneka Tambang dan Bukit Asam bergabung dengan Inalum induk. Yang dipercaya sebagai dirut holding Inalum ini Budi Gunadi Sadikin bankir dari Mandiri. (kj)

Editor : Eriandi, S.Sos
Tag:
Bagikan

Berita Terkait
Ganefri
Terkini