Ini Penyebab Harga Telur Ayam Naik

×

Ini Penyebab Harga Telur Ayam Naik

Bagikan berita
Ini Penyebab Harga Telur Ayam Naik
Ini Penyebab Harga Telur Ayam Naik

[caption id="attachment_13581" align="alignnone" width="450"] Ilustrasi. (*)[/caption]PADANG - Harga telur dan daging ayam di Sumbar terus melonjak. Dinas Peternakan Sumbar menilai adanya kebijakan pusat ikut menderek naiknya harga telur dan ayam.

"Setidaknya ada tiga penyebab kenaikan tersebut,"kata Kepala Bidang Kesehatan Hewan Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Sumbar, M. Kamil,Senin (23/7).Dikatakannya, melemahnya kurs rupiah terhadap dolar mempengaruhi naiknya harga telur. Karena sejumlah komponen pembuatan pakan ayam masih dibeli dari luar negeri.

Selain itu, mulai 1 Januarai 2018, peternak di Indonesia dilarang menggunakan Antibiotic Growth Promotor (AGP) dalam campuran pakan karena alasan kesehatan.Larangan itu sesuai Peraturan Menteri Pertanian (Permentan) Nomor 14 Tahun 2017 tentang Klasifikasi Obat Hewan. Pasal 15-20 Permentan itu memuat larangan pemakaian obat sebagai antibiotik imbuhan pakan.

Pada dasarnya peternak tak masalah dengan adanya larangan penggunaan antibiotik pada pakan ayam. Sebab, peternak juga ingin menghasilkan telur yang lebih sehat untuk dikonsumsi masyarakat. Namun, ada harga yang harus dibayar untuk itu. Sebagai konsekuensinya, harga telur di pasaran ikut meningkat.Sejak tak lagi menggunakan AGP, produksi telur menurun sampai 30 persen. AGP merupakan antibiotik yang dipakai untuk meningkatkan daya tahan unggas sehingga tidak gampang sakit. Namun, penggunaan AGP pada unggas diduga meninggalkan residu yang dapat berdampak buruk pada manusia.

Bagi ayam pedaging ini juga berpengaruh, karena dengan biasanya produksi pada umur 26-28 hari berat badan bisa mencapai 1,8 kg. Sementara tanpa ada AGP, berat badan hanya bisa 1,6 kg pada jangka waktu yang sama."Ini yang sangat berpengaruh, karena produksi berkurang. Di pasar itu, jika permintaan meningkat, produksi berkurang harga pasti naik,"katanya.

Selain itu, yang berpengaruh menaikan harga telur juga ditemukannya virus flu burung baru. Dengan kode H9N2, Virus ini berbeda dengan H5N1 yanng mematikan unggas. Sementara H9N2 justeru memperlambat produksi telur."Virus ini juga mekin menekan produksi,"ujarnya.

Untuk itu, Dinas Peternakan berharap pengganti AGP, ada temuan-temuan berupa probiotik. Sehingga produksi telur tetap, namun telur dan ayam sehat untuk dikonsumsi.Sebelumnya, Kepala Dinas Perdagangan dan Industri Sumbar, Asben Hendri mengatakan kenaikan harga tersebut memang adanya penyakit hewan. Penyakit pada ayam tersebut, seperti koksidiosis. "Ini karena memang adanya penurunan produksi,"ujarnya.

Data Pusat Informasi Harga Pangan Strategis (PIHPS) hingga kemarin, harga telur di pasaran masih mencapai Rp24 kg, daging ayam terus naik dari Rp50 ribu/kg naik menjadi Rp52/kg. (yose)

Editor : Eriandi, S.Sos
Tag:
Bagikan

Berita Terkait
Ganefri
Terkini