Ini Penyebab Siswa Takut dengan Pelajaran Matematika

×

Ini Penyebab Siswa Takut dengan Pelajaran Matematika

Bagikan berita
Ini Penyebab Siswa Takut dengan Pelajaran Matematika
Ini Penyebab Siswa Takut dengan Pelajaran Matematika

[caption id="attachment_7349" align="alignnone" width="600"]Ilustrasi (mudazine.com) Ilustrasi (mudazine.com)[/caption]JAKARTA - Matematika menjadi salah satu pelajaran yang sulit ditaklukan. Tak jarang guru yang mengajar mata pelajaran ini identik serius dan killer. Akibatnya, siswa semakin tidak menyukai matematika, dan mendapat nilai jelek ketika ulangan.

Seorang guru matematika di SMAN I Ingin Jaya, Aceh, Elina Mariana Rosada Sari Siregar mengatakan, anak-anak menganggap matematika sulit lantaran tidak paham. Mereka tidak tahu bahwa matematika itu untuk dipahami, bukan dihafalkan.Erlina kemudian mendapat kesempatan mengenyam studi master di Western Michigan University di Amerika Serikat (AS). Di sana, dia banyak mengamati cara pandang siswa terhadap pelajaran matematika. Menurut dia, siswa di luar negeri cenderung suka dengan matematika, bahkan menganggap pelajaran tersebut menarik.

"Yang saya pelajari di Amerika, ternyata matematika ini tidak harus ada prosedur tertentu dalam menyelesaikan soal. Yang penting bagaimana siswa memahaminya," ujarnya kepada Okezone, belum lama ini.Begitu pulang ke Tanah Air dan kembali mengajar, Erlina mulai mengubah cara mengajar di kelas. Dia membuat pelajaran matematika menjadi lebih santai. Biasanya, Erlina memulai kelas dengan melempar soal kepada siswa.

"Belajar boleh keliling-keliling. Begitu saya beri soal, anak-anak tidak langsung tanya kepada saya, tapi bertanya ke temannya. Jawaban-jawabannya memang belum tentu benar. Nanti saya tuliskan semua jawaban anak-anak di depan. Lalu, ajak berpikir lagi mana jawaban yang tepat dari temuan-temuan mereka itu," paparnya.Alumnus Universitas Syiah Kuala (Unsyiah) itu mengakui, memang anak-anak di sekolahnya belum bisa dilepas untuk belajar mandiri seperti sistem di luar negeri. Bahkan, dia harus menggunakan kata-kata yang mudah dipahami siswa karena mereka masih menggunakan bahasa daerah dalam pergaulan sehari-hari.

"Pelan-pelan saya ajari. Misalnya untuk mengetahui istilah minus kadang harus diganti dengan kata utang. Di tahap awal yang penting mereka mau berpartisipasi dalam proses belajar. Tadinya mau berpendapat saja mereka takut. Ke depan, mereka harus bisa menyanggah sehingga diskusi di kelas semakin hidup," tukasnya. (lek)agregasi okezone1

Editor : Eriandi
Tag:
Bagikan

Berita Terkait
Ganefri
Terkini