JAAFARIA SOUQ MEKKAH; Masempo, Masempo, Ting Ting, Syahrini

×

JAAFARIA SOUQ MEKKAH; Masempo, Masempo, Ting Ting, Syahrini

Bagikan berita
Foto JAAFARIA SOUQ MEKKAH; Masempo, Masempo, Ting Ting, Syahrini
Foto JAAFARIA SOUQ MEKKAH; Masempo, Masempo, Ting Ting, Syahrini

[caption id="attachment_62968" align="alignnone" width="599"] Ilham Bintang (bintang.com)[/caption]Catatan ringan: Ilham Bintang

Masuk Jaafaria Souq atau pasar Jaafaria di Mekkah niscaya kita akan disambut dengan berondongan seruan kata yang mungkin “asing” dari ratusan pedagang di sana, “ masempo, masempo, Ting Ting, Syahrini, lengkap. Ayo mampir!”Apa yang mereka maksud?

Pertama, mereka seperti menunjukkan jamaah Indonesia familiar di situ. Tidak berhenti di situ. Ia juga menyebut kata “masempo”, yang menunjukkan secara spesifik dari jamaah orang Indonesia, jamaah asal Bugis Makassar, yang cukup populer di sana. Masempo, adalah ungkapan kata dalam bahasa Bugis. Artinya: murah! Hal lain yang menandai jamaah Indonesia merupakan pasar besar hadirnya beberapa kios maupun toko yang dilabeli “Toko Indonesia”. Jualannya, pelbagai makanan ringan khas kita, termasuk Indomie.[caption id="attachment_78356" align="alignleft" width="500"] Pasar Jaafaria Mekkah. (*)[/caption]

Mengenali logatFaktanya, Senin (1/4) siang itu pengunjung pasar yang jumlahnya ratusan didominasi jamaah umrah asal Indonesia. Dan, tak sedikit yang berasal dari Sulawesi Selatan. Saya mengenali dari logat khas mereka di tiap kios yang saya kunjungi maupun sekedar berpapasan di area pasar. Meskipun bahasa yang digunakan bahasa Indonesia. Pukul rata pedagang di sini berbahasa Indonesia, walau terbatas dalam urusan tawar menawar harga barang jualan.

Lokasi Jaafar Suaq sekitar 2 kilometer dari Masjidil Haram. Tempatnya menyerupai hanggar besar yang di dalamnya terdiri ratusan toko atau kios. Jualan yang mereka jajakan hampir sama, oleh- oleh mulai sajadah, parfum, aneka baju khas Arab Saudi, aneka cindera mata, kurma, coklat, aneka kacang Arab, alat-alat elektronik, tasbih, perhiasan atau jam tangan. Di lokasi Jaafaria tersedia juga money changer dan ATM.Tunggu. Lantas apa yang dimaksud Ting Ting dan Syahrini?

Ternyata adalah baju-baju yang mereka juluki seakan pakaian yang sering dikenakan Ayu Ting Ting dan Syahrini. Karena penasaran saya minta minta mereka tunjukkan baju yang dijuluki Ayu Ting Ting dan Syahrini. Model bajunya terusan dengan warna mencolok. Apakah betul itu persis model baju khas Ayu Ting Ting dan Syahrini, wallahualam. Yang saya tahu, karena artis pastilah baju mereka mencolok mata. Nostalgia Pasar Seng

Bagi jamaah haji dan umrah yang pernah ke tanah suci sampai 2010, Pasar Jaafaria pasti mengingatkan pada Pasar Seng yang berlokasi sekitar Masjidil Haram. Pasar yang dulu amat terkenal, lagendaris, bagi jamaah haji dan umrah dari seluruh dunia. Di situ lah dulu seluruh jamaah melakukan “ tawaf” extra selepas beribadah di masjidil haram.Pasar yang beroperasi 24 jam itu kini sudah tiada, sejak proyek perluasan Masjidil Haram dimulai. Pasar Seng dan ribuan kios tenda yang bersebaran di sekitar Masjidil Haram, pun lenyap. Padahal, dulu semacam ikon bagi Mekkah sendiri.

Ustadz Agus, mutawwif kami yang mengantar ke Jaafaria Sauq membenarkan, sebagian besar pedagang Pasar Seng, dan kios-tenda kali lima sekarang mengisi Pasar Jaafaria.Diantar Ustadz Agus kemarin, itulah pertama kali saya ke Jaafaria. Suaq itu sekaligus menjadi jawaban pencarian dan kerinduan saya beberapa tahun terakhir tiap kali ke Tanah Suci.

Saya pernah menulis, tanpa semua pedagang itu di sekeliling Masjidil Haram, rasanya seperti ada bagian “ ritual” yang hilang.Ungkapan ini mungkin berlebihan. Tapi nyatanya bukan hanya saya yang kehilangan. Jamaah - jamaah jadul yang dapat kesempatan berhaji dan berumrah kembali setelah perluasan Masjidil Haram, beranggapan sama.

Dari gerbang hotel sampai ke mesjid kita tak pernah kesepian. Sepanjang jalan yang dilalui dapat pengawalan suara riuh pedagang yang berebut menawarkan jualannya. Tempat itu juga meeting point yang bernuansa “ kerakyatan” antar sesama jamaah. Satu rombongan atau satu daerah asal untuk kongkow selepas Salat Subuh atau selepas salat Isya. Warung- warung kopi dan teh susunya serta kebab sungguh menjadi kenangan yang tak terlupakan. Suatu kali, lepas Salat Zuhur saya tak menemukan alas kaki saya. Untung ada pedagang kaki lima di sisi masjid sehingga dengan saya bisa beli penggantinya. Kalau tidak, terbayang kaki bisa melepuh karena berjalan di tengah terik matahari kembali ke penginapan.[caption id="attachment_78355" align="alignright" width="500"] Berbelanja di salah satu kios. (*)[/caption]

Editor : Eriandi, S.Sos
Tag:
Bagikan

Berita Terkait
Ganefri
Terkini