Jerman: Regenerasi dan Sejarah Berusia 56 Tahun

×

Jerman: Regenerasi dan Sejarah Berusia 56 Tahun

Bagikan berita
Foto Jerman: Regenerasi dan Sejarah Berusia 56 Tahun
Foto Jerman: Regenerasi dan Sejarah Berusia 56 Tahun

Kolom Nilmaizar

JAUH - jauh hari, ketika Piala Dunia 2018 resmi mendapatkan 32 tim yang akan jadi kontestan, topik siapa yang akan jadi juara di Rusia 2018 langsung merebak. Tim-tim favorit seperti Brasil, Argentina, maupun Spanyol, langsung disebut-sebut sebagai kandidat juara.Tapi, "haram" hukumnya kalau tidak menyebut Jerman sebagai calon campeone. Banyak yang dengan lantang menyebut, Jerman sudah seharusnya ada di paling depan sebagai favorit juara di Rusia.

Bahkan Jerman dianggap sangat layak mengulang sejarah dua kali juara dunia secara beruntun setelah meraihnya empat tahun lalu di Brasil. Tim terakhir yang mampu melakukannya adalah Brasil tahun 1958 dan 1962. Artinya, sudah 56 tahun tak ada lagi yang mampu juara dunia secara berturut-turut.Mungkinkah di Rusia 2018, Jerman akan mengulang sejarah itu?

Bisa jadi, karena saat ini Jerman memang berada di urutan terdepan sebagai favorit juara. Kekuatan Jerman, yang masih dibawah asuhan Joachim Loew, diyakini belum akan tertandingi oleh tim-tim lain.Salah satu kuncinya, selain Jerman adalah tim spesialis turnamen besar, Jerman juga sebuah tim yang begitu rapi dalam regenerasi pemainnya. Negara yang satu ini seperti tak pernah berhenti menghasilkan pemain-pemain muda yang luar biasa untuk mendominasi dunia.

Untuk Piala Dunia 2018, reputasi Jerman sebagai raja turnamen besar masih terjaga. Kisah sukses mereka menjuarai Piala Dunia 2014, dengan menggulung tuan rumah Brasil 7-1 di Semifinal, dan membungkam LIonel Messi Cs dengan Argentina-nya di final, masih mengusik pikiran banyak orang, bahwa Jerman belum akan terhentikan di Rusia.Mari kilas balik sejenak tentang kunci kesuksesan tim sepakbola Jerman sekarang. Beruntung, saya bisa melihat langsung bagaimana Jerman membangun sepakbolanya, saat diundang mengikuti Pelatihan sepakbola di Hennef, Cologne Jerman tahun 2012.

Selama 20 hari, saya menyaksikan semua proses itu. Sebuah standart yang sangat tinggi mereka terapkan dalam menciptakan pemain-pemain sepakbola muda yang handal. Ada beberapa kunci yang sempat saya catat.Pertama tentu saja karakter orang Jerman itu sendiri. Ego sebagai bangsa keturunan Bangsa Aria yang mereka sebut ras manusia paling unggul di jagat ini, membuat mereka konsisten menjaganya dengan segala kesombongannya.

Deutschland uber Ales, Jerman diatas segalanya pas untuk menggambarkan bagaimana Jerman dan nasib mereka yang selalu baik nyaris dalam semua bidang. Keinginan untuk selalu berada ‘di atas segalanya’ terpatri dalam tiap orang Jerman, termasuk dalam sepakbola, dan mereka sukses. Kenapa? Jawabnya, karena mereka Jerman!Dengan karakter itu orang Jerman tak mau terpuruk sedikitpun. Ketika sepakbola mereka sempat mengalami masa kelam setelah gagal beruntun di EURO 1996, Piala Dunia 1998, dan EURO 2000, mereka langsung bangkit. Sebuah proyek besar mengembalikan harga diri sepakbola mereka langsung dirancang.

Jutaan Euro dikucurkan untuk membina pemain-pemain usia 9-14 tahun. PSSI-nya Jerman, Deutschlands Fussball Bund (DFB), menerapkan kurikulum sepakbola seragam di semua sekolah dan akademi sepakbola klub-klub. Dengan cara itu, Jerman mulai membangun sepakbolanya kembali, dan itu bertahan sampai sekarang.Kedua, fasilitas, sarana dan prasarana mewah dan sangat representatif disediakan di seluruh negeri. Pelatih-pelatih dengan kompetensi dan lisensi teruji, turun tangan mengawal proyek besar mereka. Ribuan pemain-pemain muda berbakat dan bertalenta tinggi bermunculan ibarat kran air yang tak pernah ditutup.

Benih yang mereka semai sejak 2003 itu, terus makin matang dari tahun ke tahun. Mereka mulai menikmati hasilnya, ketika 2014 anak-anak hasil kurikulum seragam itu berkumpul dalam satu Timnas, hasilnya juara dunia!.Sebelas tahun proyek SDM sepakbola itu langsung menghasilkan trophy Piala Dunia. Pemain- pemain juara di Brasil 2014, seperti Mesut Ozil, Tomas Mueller, Jerome Boateng, Manuel Neuer, Mario Goetze, Toni Kroos, dan lain-lainnya, adalah pemain- pemain yang tidak lahir begitu saja.

Tapi mereka memang diciptakan dengan sebuah system yang terencana, dikelola dengan sport sciance canggih, dan didukung biaya jutaan Euro. Kualitas dan juara, memang tidak murah harganya.Jerman juga mulai terbuka terhadap talenta-talenta non Aria, ketika anak-anak keturunan atau anak imigran yang berbakat masuk dalam program mereka. Pemain seperti Ozil, Boateng, Emre Can, Shkodran Mustafi, Ilkay Gundogan, mulai dapat tempat di Timnas Jerman.

Editor : Eriandi
Tag:
Bagikan

Berita Terkait
Ganefri
Terkini