Kejutan di Piala Dunia, Ketika Faktor Teknis tak Berlaku

×

Kejutan di Piala Dunia, Ketika Faktor Teknis tak Berlaku

Bagikan berita
Foto Kejutan di Piala Dunia, Ketika Faktor Teknis tak Berlaku
Foto Kejutan di Piala Dunia, Ketika Faktor Teknis tak Berlaku

KOLOM NILMAIZARPIALA Dunia memang berbeda dengan iven-iven sepakbola lainnya. Banyak hal-hal tak terduga terjadi. Mulai dari kejutan hasil akhir pertandingan, munculnya bintang baru, atau sebaliknya seorang bintang akan kehilangan sinarnya di Piala Dunia.

Piala Dunia 2018, tak luput dari namanya kejutan. Baru memasuki matchday 3 atau 10 pertandingan, kejutan demi kejutan mulai bermunculan. Satu hal yang penting dicatat adalah, tim-tim unggulan diatas kertas, tak serta merta akan mulus-mulus jalannya.Luar biasa, empat tim yang masuk kategori unggulan, Jerman, Brasil, Argentina, dan Spanyol, justu gagal memetik kemenangan di pertandingan pertama mereka. Bahkan, unggulan utama Jerman, pagi-pagi langsung tersungkur oleh Meksiko.

Brasil, yang bertaburan bintang ternyata tak terlihat istimewa dihadapan Swiss. Begitupun Argentina, memilki pemain terbaik dunia seperti Lionel Messi, tak berdaya menghadapi rapatnya pertahanan tim debutan seperti Irlandia.Spanyol, tim yang satu dasa warsa terakhir mengehebohkan dunia dengan konsep sepakbola tiki-taka-nya yang telah menghasilkan satu gelar juara dunia dan dua juara Eropa, juga tertahan oleh Portugal.

Tidak mudah memenangkan sebuah pertandingan di Piala Dunia. Hal ini juga berlaku untuk tim-tim unggulan sekalipun. Karena setiap Piala Dunia digelar, kejutan tim medioker mengalahkan tim unggulan selalu terjadi.Apa yang dialami Jerman di Rusia 2018 misalnya, bukan hal yang aneh sebenarnya. Kisah juara bertahan tumbang di laga pembuka Piala Dunia berikutnya, seperti menjadi sebuah "kutukan" yang kerap terjadi sejak lima kali Piala Dunia terakhir.

Sebelumnya, Argentina setelah juara Piala Dunia 1986, kalah dari Kamerun di laga pertamanya di Piala Dunia 1990. Kemudian Prancis, setelah juara 1998 ditumbangkan Senegal di laga pertamanya Piala Dunia 2002.Tidak ketinggalan, Italia yang juara Piala Dunia 2006, saat melakoni laga pertama di Piala Dunia 2010 langsung tumbang oleh Selandia Baru. Empat tahun lalu, Spanyol yang juara Piala dunia 2010, dipermak Belanda mengawali laga di Piala Dunia 2014.

Hanya dua tim juara Dunia yang selamat dari kutukan ini, yaitu Jerman juara 1990 bisa menang 2-1 atas Bolivia di Piala Dunia 1994. Kemudian Brasil, juara Piala Dunia 1994, mampu mengalahkan Skotlandia di laga pertama Piala dunia 1998.Kekalahan juara bertahan di Piala Dunia berikutnya, memang sulit dicerna kalau bicara segi teknis. Apalagi, yang mengalahkan tim yang secara teknis dan kualitas ada di bawah. Analisa taktik, strategi, dan statistic jadi tak berlaku. Mungkin inilah yang disebut salah satu magis Piala Dunia.

Dalam sepakbola, secara teknis ada empat hal yang menjadi komponen penentu yang tak boleh terpisahkan untuk membentuk kualitas sebuah tim adalah skill pemain, taktik dan strategi, fisik, dan mental. Di luar itu ada faktor pendukung seperti  fighting spirit, kondisi internal tim, dan juga keberuntungan.Jika berkaca dari hal itu, kejutan demi kejutan yang terjadi di Piala Dunia, faktor teknis memang tak dominan lagi. Justru yang banyak berperan adalah faktor pendukung.

Sebuah tim yang tak diunggulkan, secara psikologis tak punya tekanan harus menang, mereka bermain lepas dengan semangat tempur berlipat ganda. Apalagi bisa tampil di ajang sebesar Piala Dunia, yang merupakan impian para pesepakbola untuk bisa tampil di sana.Tapi terlepas dari faktor-faktor itu, semuanya kembali lagi ke rumus awal sepakbola. Bahwa dalam sepakbola apapun bisa terjadi, dalam hitungan menit situasi bisa berubah atau berbalik, dan itulah sisi dramatis sepakbola.

Makanya dalam sepakbola ada sebuah istilah, jangan sesekali berfikir, sebelum waktu 90 menit habis jangan pernah merasa sudah berakhir. Dan satu  pesan lagi, jangan terlalu percaya dengan yang namanya ramalan skor atau prediksi.  Karena yang menentukan adalah proses yang terjadi di lapangan selama 90 menit. (*)*) Penulis adalah Pelatih Pemegang Lisensi A AFC, mantan pelatih Timnas Indonesia dan Semen Padang FC. 

Editor : Eriandi
Tag:
Bagikan

Berita Terkait
Ganefri
Terkini