SARILAMAK – Meski sudah ditetapkan sebagai pahlawan nasional oleh Presiden Soekarno, melalui Keputusan Presiden RI No. 53, yang ditandatangani Presiden Soekarno 28 Maret 1963, namun sosok Tan Malaka tetap menjadi kontroversi di Indonesia. Sebagai salah seorang pendiri republik ini, sosok yang berjuang dengan haluan kiri itu, masih sulit diterima sebagian orang di republik ini.
Untuk itu, Tan Malaka Institute (TMI), yang merupakan wadah berkumpulnya pengagum Tan menggelar dialog kebangsaan dengan tema Tan Malaka, Islam dan Gerakan Mencapai Indonesia Merdeka. Dialog itu digelar di kampung kelahiran Tan di Pandam Godang, Bukit Barisan, Limapuluh Kota, Sabtu (23/4). Kegiatan itu dibuka Wakil Walikota Payakumbuh H. Suwandel Muchtar. Hadir pada kesempatan itu Ketua DPRD Payakumbuh YB. Dt. Parmato Alam, Wabup Limapuluh Kota Ferizal Ridwan, serta ratusan undangan lainnya.
Wawako dalam sambutannya menyampaikan, berbicara tentang Tan Malaka memang tidak akan ada habisnya. Karena Tan adalah seorang pejuang yang keras dan tidak mau kompromi dengan penjajah. “Saya teringat dengan slogan beliau terhadap penjajahan. Dia tidak akan berunding dengan maling yang masuk ke rumahnya. Hal itu menjadi pemompa semangat untuk mengusir penjajah,” ujarnya.
Menurutnya, karena sikap tegas dan keras Tan itu, sehingga banyak disalah artikan oleh orang. “Kita ingin agar bisa menggali lagi sejarah. Karena banyak sejarah yang telah dibelok-belokan oleh beberapa rezim yang menganggap Tan Malaka adalah tokoh komunis. Padahal, hal itu tidaklah benar. Ini yang harus diluruskan,” tambahnya.
Dialog itu dipandu oleh moderator Sevindrajuta, dengan mendatangkan narasumber tokoh nasional dan ahli di bidangnya. Masing-masing Khatibul Umam Wiranu pemerhati sejarah yang juga anggota DPR-RI, Prof. Zulhasril Nasir, seorang pakar sejarah dan juga dosen sejarah di Universitas Indonesia, selanjutnya Masinton Pasaribu anggota DPR-RI, serta Ben Tanur Pengurus Tan Malaka Institute.
Sebelumnya, Walinagari Pandam Gadang Khairul Hapit, dalam laporannya, menyampaikan keinginan agar makan Tan Malaka bisa dipindahkan ke kampung halamannya. “Masyarakat begitu bersemangat dan berkeinginan agar makam pahlawan besar Tan Malaka, bisa dipindahkan makam kembali ke kampungnya. Kita berharap dengan sangat kepada bapak-bapak yang dari DPR-RI, agar bisa memperjuangkan hal tersebut,” ujar Khairul Hapit.
Menanggapi hal tersebut, baik Masinton Pasaribu maupun Khairul Umam Wiranu berjanji akan memperjuangkannya. “Sebagai anggota Komisi VIII, yang membidangi masalah sosial masyarakat, saya setuju bahwa Tan Malaka kita pindahkan makamnya ke tempat yang lebih terhormat. Atau kapan perlu kita boyong ke kampung halamannya ini. Nanti kita akan membicarakan hal ini dengan Mentri Sosial, Khofifah Indar Paranwansa,” kata Khairul Umam. (bule)